Siapakah Musuh Pancasila?


Oleh Suryono Zakka

Musuh Pancasila adalah mereka yang membenturkan agama dan Pancasila. Mengaku beragama tapi anti Pancasila. Menganggap Pancasila produk kafir. Simbol thaghut dan simbol berhala. Teriak rezim NKRI kafir tapi masih betah dan beranak pinak hingga tujuh turunan dinegara yang katanya kafir.

Mereka adalah kelompok minoritas pemecah belah tapi merasa mayoritas. Setiap tindak tanduk dan lakunya mengatasnamakan agama. Selalu dan selalu mengatasnamakan Islam. Simbol-simbol Islam menjadi senjata ampuh untuk membasmi yang tak seiman dan sepemahaman. Agama menjadi barang dagangan yang mereka obral dengan murah. Siapa yang menghentikan kekonyolannya akan dicap anti agama, anti Islam. Komunis, musyrik dan lagi-lagi kafir.

Mereka yang menjadikan agama sebagai komoditas politik menggiurkan. Hingga pilihan Capres saja harus menjual nama Tuhan. Merasa paling bersama ulama. Yang tidak bersama mereka dianggap tidak bersama Tuhan, tidak bersama ulama. Mosok Tuhan dan ulama kalah Capres?

Mereka bebuyutan memusuhi Pancasila seolah Pancasila itu musuh Tuhan. Apakah mereka tak sadar bahwa Pancasila itu direstui Tuhan, diamini oleh para ulama, selaras dengan norma agama dan norma kemanusiaan. Pancasila itu bukan agama tapi intisari ajaran agama yang sudah diperas, sudah diramu sesuai cita rasa Nusantara yang berbhinneka.

Bagi kami, menjadi Islam tak harus menjadi Arab. Tak harus menjadi antek khilafah. Tak perlu menjadi Wahabi. Menjadi manusia beragama namun tetap menjadi bangsa Indonesia yang berbudaya. Budaya tak selalu menjadi musuh agama karena agama bukan perusak. Agama itu datang untuk mendamaikan. Orang yang beragama bukan untuk mencari musuh namun mengenal Tuhan, mengenal hakikat kemanusiaan.

Mereka yang tak paham agama tapi selalu bawa agama disetiap area. Membela agama hanya bermodal terjemah sepotong ayat dan hadits. Satu ayat dan satu hadits untuk menghukumi setiap persoalan. Setiap persolaan kembali pada pokoknya. Pokoknya kafir, pokoknya bid'ah dan pokoknya masuk neraka. Jurus pamungkasnya, Allahu yahdik. Seolah hanya mereka yang mendapat hidayah.

Mereka tidak bisa membedakan antara agama dan pemahaman. Antara Islam dan tafsir. Akibatnya Islam mewujud dalam bentuk tunggal. Apa yang mereka pahami, mereka tafsiri seolah kebenaran hakiki. Kebenaran mutlak sesuai dengan kebenaran Tuhan. Tidak boleh ada ruang beda pendapat. Yang berbeda dengan mereka akan dianggap musuh Tuhan. Wajib diperangi. Kehendak Tuhan mereka dikte agar sesuai dengan selera.

Walhasil. Akan terus ada kelompok perusak yang memusuhi Pancasila baik yang anti agama maupun yang hobi membawa agama. Komunis yang anti agama itu berbahaya, sama bahayanya dengan komunis yang berjubah agama. Maka berhati-hatilah!





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah