Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Rusuh di Papua, Siapa Dalangnya?

Gambar
Oleh Suryono Zakka Kejadian di Papua menyisakan duka yang pilu. Persatuan bangsa harus tersayat-sayat dan tercabik-cabik hanya karena hal yang remeh. Hal yang kecil kemudian menjadi besar karena digoreng dengan penuh seksi. Siapapun yang mencintai bangsa ini tentu sangat menyayangkan kejadian itu. Dan tentunya berharap bagaimana konflik bisa segera selesai. Dapat dirajut kembali persatuan bangsa. Jauh dari konflik SARA. Dibalik konflik pilu Papua, siapa sangka jika ada kelompok-kelompok yang terus menggoreng bola panas agar perpecahan dapat terjadi. Mereka adalah penebar fitnah dan biang dari kerusuhan demi kerusuhan. Mereka bersorak sorai dan bernyayi riang gembira agar negara ini hancur, agar Papua segera lepas dari NKRI. Siapakah mereka, dalang sekaligus yang paling bahagia dibalik konflik Papua? 1. Kaum Khilafah Jelas kaum khilafah sangat diuntungkan dengan konflik Papua dan terus menghasut agar Papua lepas dari NKRI. Mereka terus melempar isu dan tentunya menyerang

Penghormatan Orang Jawa terhadap Sayyidina Husein

Gambar
Ada seseorang cucu bertanya: "Mbah, kenapa dlm budaya Jawa pada bulan Suro (Muharram) gak boleh mengadakan pesta hajatan.!? Apakah gara² Nyai Roro Kidul setiap bulan Suro mantu.!?" (hajatan kemanten) Bukan,, bukan gara² itu nak.. Orang Jawa itu unik dan punya tradisi/budaya dlm setiap menghormati sebuah peristiwa. Jadi gak ada kaitannya dgn Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan di pulau Jawa.. Pada jaman kerajaan Singosari, dan Majapahit masih belum ada kepercayaan adanya Nyi Roro Kidul/Ratu Pantai Selatan. Tapi munculnya Kisah tersebut pada jaman kerajaan Islam Mataram. Jadi sama sekali gak ada kaitannya tentang pelarangan membuat pesta hajatan pernikahan dgn Nyi Roro Kidul/Ratu Pantai Selatan.” Kemudian cucu tsb bertanya lagi: "Trus, apa alasannya mbah, kok org² Jawa itu gak mau mengadakan Hajatan Pernikahan dlm bulan Suro/Muharrom mbah.!?" Begini nak,, Ong Jawa itu sangat menghormati Kanjeng Nabi saw dan keluarganya. Pada tgl 10 Muharrom cucu Kanjeng

Gagasan Abu Musa Al-Asy'ari, Umar dan Ali tentang Kalender Hijriyah

Gambar
Oleh Kiai Yusuf Suharto Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan hijriah. Urutannya adalah Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadal Ula, Jumadal Akhir, Rajab,  Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah.  Muharram berasal dari kata yang artinya 'diharamkan' atau 'dipantang', yaitu bulan pelarangan melakukan peperangan dan pertumpahan darah.  Rajab, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram memang empat bulan (Asyhurul Hurum) pelarangan perang sebagaimana dalam Al-Baqarah: 217, yang kemudian larangan itu dihapus berdasarkan At-Taubah: 36. Imam Bukhari dalam tarikhnya, sebagaimana dicatat oleh al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuti dalam Tarikhul Khulafa', dengan riwayat dari Sa'id Ibn Musayyib menyatakan: أول من كتب التاريخ عمر بن الخطاب لسنتين ونصف  من خلافته، فكتب لست عشرة من الهجرة بمشورة علي Orang yang pertama kali menggunakan tanggal hijriah adalah Umar Ibn Khatab. Ia menetapkannya pada tahun 16 Hijriah setelah bermu

Benarkah Banser Dulu dan Sekarang Beda?

Gambar
Oleh Suryono Zakka Apanya yang beda? Banser dari dulu sampai sekarang tugasnya menjaga NU, membela marwah ulama dan menjaga NKRI. Tidak ada yang berubah sama sekali. Tetap berakidah Ahlussunnah Wal Jamaah madzhab Syafi'i. Tetap moderat dan toleran. Jika sikap Banser sekarang lebih militan hal itu hanya mengikuti keadaan. Banser tak pernah pilih kasih sebab perjuangan Banser adalah membela kebenaran apapun agamanya. Bukan pembelaan atas label agama. Siapapun yang berniat jahat kepada NU dan NKRI walau berkedok Islam maka siap-siaplah berhadapan dengan Banser. Jika tak punya nyali maka tak usahlah berkoar-koar atau mencaci maki Banser dimedsos karena hanya akan merugikan diri sendiri dan keluarga. Banser akan tetap eksis dalam setiap cuaca. Jika sekarang Wahabi dan HTI juga lebih ganas, garang bahkan tak punya etika sama sekali kepada ulama maka Banser perlu juga membangun militansi. Siap mencyduk dan memberi pelajaran kepada mereka agar punya adab kepada ulama NU. Banser

Mereka Ingin Membubarkan Banser

Gambar
Suryono Zakka Sepanjang sejarah berdirinya hingga hari ini, Banser tidak sepi dari para pembencinya hingga ada banyak kelompok bernafsu ingin membubarkannya. Walau berdiri sudah sejak lama pra kemerdekaan, Banom NU ini tidak hancur bahkan semakin lama semakin berkembang, solid, militan dan meledak jumlah anggotanya. Jika ormas anti NU dan NKRI sudah gulung tikar alias tamat, Banser malah semakin menjamur tak terbendung. Beberapa hal yang menyebabkan Banser ingin dibubarkan oleh pembencinya: 1. Banser benteng NKRI. Banser bersama TNI-Polri adalah garda terdepan dalam menjaga NKRI dari rongrongan pihak asing. Sudah terbukti Banser melibas Penjajah, PKI hingga HTI. Jika Banser bubar, para perusak NKRI ini akan bersuka ria karena tiada lagi garda penjaga NKRI. Itulah sebabnya kelompok NKRI kebelet ingin segera membubarkan Banser. 2. Banser benteng Aswaja. Banser bukanlah dipahami sebagai orang yang tidak paham agama. Betapa banyak anggota Banser yang terjun langsung membina

Masyarakat Ideal: Inklusif dan Toleran

Gambar
Oleh Suryono Zakka Setiap agama punya simbol yang dianggap sakral. Masjid, Pura, Vihara, tasbih, garu, ka'bah, sorban, patung yesus hingga salib adalah contoh ragam simbol agama yang punya nilai sakralitas bagi setiap penganutnya. Agama berkaitan erat dengan keyakinan atau keimanan. Simbol-simbol agama itu tidak memiliki arti apapun bagi kelompok diluar iman. Sebaliknya, bagi yang mengimaninya, simbol-simbol itu memilik arti yang sangat penting, memuat pesan Tuhan, sensitif sehingga wajib dijunjung tinggi. Jika tidak, maka akan muncul problem dengan apa yang disebut penistaan. Bagi sesama pemeluk agama terlebih diluar agama, penistaan terhadap agama adalah perbuatan yang sangat keji. Sanksi yang berat baik di ranah hukum maupun ranah agama. Diranah hukum bisa saja dijerat dengan pasal sedangkan ranah agama akan menyalahi salah satu ayat yang berbunyi: وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍ   ؕ  كَذٰلِكَ زَيّ

Apa Saja Ciri Masjid Wahabi?

Gambar
Oleh Suryono Zakka Wahabi selalu berlindung dibalik kata "sunnah" untuk menyebarkan ideologinya. Istilah "salaf" atau "manhaj salaf", "kembali pada Al-Qur'an dan sunnah", "hijrah" hingga istilah "ittiba" juga distempel Wahabi agar masyarakat mengira bahwa apa yang Wahabi sebarkan sesuai dengan sunnah rasulullah. Bagi kalangan NU kaffah, semua istilah itu hanya rekayasa Wahabi untuk menipu umat Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Karena Wahabi suka 'dagangan' sunnah, masjidpun mereka stempel dengan kata sunnah untuk mencari jamaah. Dengan stempel sunnah, masjid tersebut mereka anggap sebagai masjid yang sesuai dengan syariat. Diluar setempel masjid sunnah, menurut Wahabi berarti masjid bid'ah atau masjid yang tidak sesuai dengan syariat. Tentunya yang mereka serang atau mereka anggap masjid bid'ah adalah masjid Aswaja. Lebih khususnya masjid NU. Ciri-ciri masjid Wahabi yang berstempel "Masjid Sunnah&

Semangat Nasionalisme Mbah Maimoen

Oleh Suryono Zakka Siapapun kenal dengan sosok kiai kharismatik ini. Tidak heran jika wafatnya beliau ditangisi oleh umat manusia. Bukan hanya warga NU yang berduka. Umat Islam dan umat beragama lainnya merasa kehilangan dengan wafatnya Al-Maghfurlah Syaikhina Maimoen Zubair. Tanah suci Mekkah dan maqbarah Ma'la menjadi saksi betapa sucinya jasad beliau. Wafat diwaktu yang istimewa, ditempat yang istimewa dan dalam suasana yang istimewa. Langit mendung dengan cuaca yang sejuk hingga guyuran hujan membasahi tanah suci Mekkah, alam pun ikut berduka mengiringi kepergian sang waliyullah. Mbah Maimoen adalah sosok yang multi talenta. Semua disiplin keilmuan Islam ada pada beliau. Kepergian beliau sebagai isyarat lenyapnya sebagian ilmu dari muka bumi. Beliau sang faqih, sang muharrik, sang 'alim, sang mujahid, sang uswah dan sang mujaddid. Tutur katanya lembut sehingga membumi, sebagaimana keagungan akhlaknya mewarisi akhlak Rasulullah. Sikap arifnya menggambarkan ajaran Islam

Ideologi Radikal Menghimpit NU dan Muhammadiyah

Oleh Suryono Zakka Dua ideologi yang kerap menimbulkan perpecahan adalah ideologi Wahabi dan khilafah. Jika Wahabi berwujud gerakan dakwah pemurnian yang menyebut diri mereka sebagai salafi sedangkan khilafah HTI berwujud ormas. Walau sudah dibubarkan sehingga menjadi ormas terlarang namun propaganda HTI tak pernah surut. Dua ideologi ini, terus berupaya menjebol NKRI walau dengan strategi yang berbeda. Jika target Wahabi adalah menyerang amaliyah Aswaja dengan tuduhan syirik dan bid'ah sedangkan target Khilafah-HTI adalah ideologi bangsa yakni mengganti dasar negara dengan ideologi bersyariah. NU dan Muhammadiyah sebagai gerbong NKRI, menjadi target utama Wahabi dan Khilafah. Target menghancurkan idelogi Aswaja dan ideologi Pancasila tentu tidak dengan cara menyerang secara frontal sebagaimana kaum kolonial namun dengan cara penetrasi ideologi. Wahabisme dan Khilafahisme masuk melalui propaganda media. Menyebarkan doktrin Wahabi dan Khilafah dengan bumbu ayat dan cuilan-cui