Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Shalawat Tijaniyah (Ahlul Mahabbah)

Gambar
"SATU BACAAN SHOLAWAT INI SAMA DENGAN MEMBACA 70.000 SHOLAWAT DALA'ILUL KHAIRAT" Shalawat Ahlul Mahabbah Lis Syaikh Al Imam Ahmad At Tijany Radhiyallahu Anhu Shalawat ini disebut oleh sebagian ulama dengan nama shalawat Ahlul Mahabbah. Shalawat ini salah satu shalawat yang ditalqinkan oleh Rasulullah shallahu alaihi Wa sallam dalam pertemuan Ruhani Yaqzhatan (sadar) kepada seorang wali besar al Imam Sayyidi Syaikh Ahmad Bin Muhammad At Tijaniy (1150-1230 H). Sayyidi Syaikh Ahmad Tijaniy berkata:  "Ketika aku pergi dari kota Tilimsan ke kota Abi Samaghun, aku diberikan oleh Rasulullah redaksi shalawat, bila membacanya satu kali sama dengan membaca kitab Dalail al-Khairat 1000 kali. Dalam riwayat lain, Qadhi al-Imam Ahmad al-Sukairij mengatakan: "Siapa yang membacanya membandingi pahala mengkhatamkan 70.000 kali Dalailul khairat". اللهم صل على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد صلاة تعدل جميع صلوات اهل محبتك و سلم على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد سل

Al-Imam Asy-Syafi'i Poros Kesebelas Madzhab Fikih Terbesar Sunni

Gambar
⁣ Oleh: Nur Fajri Romadhon Dalam kitab Mukhtashar Al-Fawaid Al-Makkiyyah, disebutkan bahwa ada 11 mazhab terbesar Ahlussunnah wal Jamaah dalam fikih. Setelah diteliti, alhamdulillah ditemukan bahwa kesemuanya berkumpul pada Al-Imam Asy-Syafi'i (150-204 H). Dalam pada itulah, layak jika mazhab beliau sangat unggul karena beliau menguasai ilmu mazhab-mazhab sebelum beliau, serta mazhab-mazhab setelah beliau pun mengambil ilmu beliau. Semua itu ada yang secara langsung, ada yang melalui satu perantara.⁣ ⁣ 1. Mazhab "Ibnu 'Uyainah"⁣ Saat di Mekkah, Al-Imam Asy-Syafi'i belajar selama sekitar 5 tahun kepada Al-Imam Sufyan bin 'Uyainah (w. 198 H)⁣ ⁣ 2. Mazhab "Malik"⁣ Saat di Madinah, Al-Imam Asy-Syafi'i belajar intensif selama 17 tahun kepada⁣ Al-Imam Malik bin Anas (w. 179 H)⁣ ⁣ 3. Mazhab "Al-Auza'i"⁣ Saat di Yaman, Al-Imam Asy-Syafi'i belajar selama sekitar 5 tahun kepada Al-Imam 'Amru bin Abi Salamah (w. 214 H),

Al-Munqidz dan Problem Keberagamaan Kita

Gambar
Adakah tema spesifik dalam kitab al-Munqidz minad ad-Dalal karya Imam al-Ghazali yang penting untuk kita hadirkan hari ini ? Saya tak bisa menjawabnya. Setiap tema dalam kitab itu memiliki urgensi dan relevansinya masing-masing. Namun yang menarik perhatian saya, al-Munqidz tak sekedar buku yang memuat biografi perjalanan hidup tokoh pada umumnya. Lebih dari itu, al-Munqidz adalah kitab "sakti", sebab meski ditulis di abad pertengahan, al-Munqidz mengurai sejumlah problem keberagamaan yang kita hadapi di era kontemporer. Siapapun membaca al-Munqidz dengan seksama, ia akan mendapati Imam al-Ghazali sebagai sosok yang hadir di hadapan kita, berdialog secara komunikatif, dan hendak memecah kebuntuan problem beragama kita di abad 21. Ulama kelahiran Thus itu mengungkap sejumlah gejala, yang sepertinya telah, sedang, dan akan terus ada dalam setiap kehidupan beragama, meski dengan pakaian yang berbeda-beda.  Fenomena itu menjadi semacam siklus yang terus menerus terulang.

Kiai Wahab Hasbullah dituduh Masyumi sebagai Kiai PKI

Gambar
Oleh Suryono Zakka Aksi tuduh menuduh sebagai PKI yang terjadi hari ini hanyalah perulangan sejarah pahit yang pernah dialami oleh kiai dan warga NU dulu. KH. Wahab Hasbullah, tokoh sentral NU tak luput dari tuduhan sebagai kiai PKI. Jika dulu yang sering teriak PKI adalah kelompok Islam modernis yang tergabung dalam partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) maka sekarang yang kerap teriak PKI adalah keturunan Masyumi atau anak didiknya. Pola pikirnya tetap sama, benci Soekarno, anti NU dan kerap membuat gonjang-ganjing pemerintahan karena dikenal sebagai produsen hoax. Masyumi yang dulu berambisi ingin menegakkan formalisasi Islam di Indonesia kini berlanjut dengan munculnya organisasi atau gerakan radikal penerusnya. Jargon-jargon dan simbol-simbolnya sering kita lihat yakni mereka yang alergi dengan Pancasila dan selalu mendengungkan khilafah atau NKRI Bersyariah. Betapa bencinya Masyumi kepada Kiai Wahab Hasbullah, kelompok modernis ini menuduh kiai Wahab gila ja

Protokol Santri Kembali Ke Pesantren Hadapi New Normal

Gambar
Kemendagri, Menerbitkan radiogram kepada Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendukung penerapan new normal pondok pesantren. Kementerian Agama (Kemenag) menerbitkan Kebijakan Kegiatan Pesantren dan Revitalisasi Rumah Ibadah dalam menghadapi New Normal, pada Rabu 27 Mei 2020. LANGKAH-LANGKAH MENGHADAPI NEW NORMAL Upaya Kemenag: 1. Membuat Regulasi (aturan, edaran): termasuk santri sebelum tiba dan saat tiba di pondok (koordinasi dgn RT, RW & fasilitas kesehatan). 2. Berkoordinasi dgn instansi terkait. 3. Menyusun metode pembelajaran (new normal): pembelajaran bagi santri yg masih di pondok; santri belajar di rumah; santri baru dan santri yg kembali ke Pesantren. 4. Mempersiapkan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran jarak jauh bagi Pesantren yg menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh. 5. Mempersiapkan sarana prasarana Pesantren menghadapi kondisi New Normal. 6. Memberikan bantuan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pondok pesantren. 7. Menyediakan ke

Cara dan Lafadz Ijab Qabul yang Benar

Oleh Kiai Yusuf Suharto Rukun Pernikahan itu ada lima, yaitu shighat (pernyataan ijab-kabul); mempelai putri; mempelai putra; wali; dan dua saksi. Rukun yang pertama adalah shighat (pernyataan ijab kabul). Shighat ini dianggap cukup, misalnya ketika wali menyatakan (sebagai pernyataan ijab): زَوَّجتُكَ فُلانَةً او أنكحتكها “Aku nikahkan engkau dengan si fulanah.” Kemudian mempelai putra menjawab (pernyataan kabul): تَزَوّجْتُهَا اَوْ أنكحتُهَا اوْ قبلْتُ نكاحَها اوْ تزويجها اوْ النكاح اوْ التزويج اوْ رضيْتُ نكاحها اوْ هذا النكاحَ "Saya (bersedia) menikah dengannya; atau saya menerima nikahnya; atau saya rela menikah dengannya; saya rela dengan pernikahan ini." Dalam kitab al-Umm Imam As-Syafi’i (w. 204 H) menyebutkan, “Selamanya pernikahan tidak akan sah kecuali wali mengucapkan: قدْ زَوَّجْتُكَهَا اَوْ أَنْكَحْتُكَهَا   “Saya menikahkanmu dengannya." Kemudian mempelai putra menjawab: قَدْ قَبِلْتُ نِكَاحَهَا اَوْ قَبِلْتُ تَزْوِيْجَهَا "

Makna Filosofis Aksara Jawa

HA = Hana hurip wening suci (Adanya hidup adalah kehendak yang Maha Suci) NA = Nur candra, gaib candra, warsitaning candara (Harapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi) CA = Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi (Satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal) RA = Rasaingsun handulusih (Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani) KA = Karsaningsun memayuhayuning bawana (Hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam) DA = Dumadining dzat kang tanpa winangenan (Menerima hidup apa adanya) TA = Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa (Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup) SA = Sifat ingsun handulu sifatullah (Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan) WA = Wujud hana tan kena kinira (Ilmu manusia hanya terbatas namun bisa juga tanpa batas) LA = Lir handaya paseban jati (Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi) PA = Papan kang tanpa kiblat (Hakekat Allah yang ada di segala arah) DHA = Dhuwur wekasane endek wiwitane (Untuk

Benarkah Ilmu Laduni adalah Ilmu Setan?

Gambar
Oleh Suryono Zakka Sekte Wahabi anti dengan ilmu laduni. Mereka menolak tentang kebenaran ilmu laduni sehingga ilmu laduni adalah ilmu setan alias sesat karena tidak bersumber dari Allah. Benarkah? Aswaja/Sunni meyakini tentang adanya ilmu laduni yakni ilmu yang diberikan oleh Allah secara langsung tanpa proses belajar sebagai sebuah khashaish (keistimewaan) dari hamba Allah yang terpilih seperti nabi, orang shalih, kaum sufi atau para wali. Tentang adanya ilmu laduni dan ilmu kasbi (proses belajar), Al-Qur'an menyatakan: وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۙ  لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. [QS. An-Nahl: Ayat 78] Ilmu yang didapat dengan proses belajar seperti mendengar dan melihat itulah yang disebut ilmu kasb

Fitnah Hanabilah Masa Lalu (447 H)

Fitnah Hanabilah Masa Lalu, what? Hari ini saya hanya ingin bercerita. Ini sejarah, apakah akan berulang? waAllahu A’lam. Silahkan dinikmati dulu dengan seksama. Ini hanya cerita. Fitnah Hanabilah tahun 447 H Ibnu Katsir (w. 774 H) bercerita tentang keadaan Baghdad pada tahun 447 H[1]. وفيها وقعت الفتنة بين الأشاعرة والحنابلة، فقوى جانب الحنابلة قوة عظيمة، بحيث إنه كان ليس لأحد من الأشاعرة أن يشهد الجمعة ولا الجماعات. Disana terjadi fitnah antara Asya’irah dan Hanabilah, pihak Hanabilah memiliki kekuatan yang sangat besar. Sampai-sampai tak ada satupun Asya’irah yang boleh menghadiri Shalat Jum’at dan jama’ah. Ibnu al-Atsir (w. 630 H), seorang Ulama’ sejarawan memperjelas cerita yang terjadi di Baghdad tahun 447 H[2]. في هذه السنة وقعت الفتنة بين الفقهاء الشافعية والحنابلة ببغداذ، ومقدم الحنابلة أبو يعلى بن الفراء، وابن التميمي، وتبعهم من العامة الجم الغفير، وأنكروا الجهر ببسم الله الرحمن الرحيم، ومنعوا من الترجيع في الأذان، والقنوت في الفجر، ووصلوا إلى دي

Islamisasi atau Arabisasi?

Gambar
Oleh Suryono Zakka Ada kalangan yang belum bisa membedakan antara Islam dan Arab. Antara Islami dan Arabi. Islami berarti sifat atau nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam seperti perdamaian, cinta kasih, persaudaraan, toleransi dan sebagainya. Sedangkan Arabi adalah sifat kearab-araban.  Sesuatu yang bersifat Islami tentu sudah mesti baik namun sesuatu yang bersifat Arabi atau budaya Arab belum tentu baik. Ada yang baik dan ada yang buruk. Budaya Arab yang baik adalah budaya Arab yang selaras dengan ajaran Islam sedangkan budaya Arab yang buruk sudah tentu bertabrakan dengan ajaran Islam, misalnya budaya Arab Jahiliyah.  Sebagai muslim tentu yang kita sebarkan adalah nilai-nilai Islaminya, bukan yang penting Arab, bukan nampak Arab secara lahiriyah karena nilai-nilai Islami ini tidak harus datang dari Arab. Budaya Nusantara juga ada yang mengandung nilai-nilai Islami seperti gotong royong, tepo seliro, andab asor dan sebagainya. Islam akan menyerap budaya apap

Keistimewaan Al-Qur'an Terbitan PBNU

Gambar
Oleh Kiai Ma'ruf Khozin Syukur kehadirat Allah yang tak terhingga saat Lembaga Ta'lif wa Nasyr (Infokom) PBNU berhasil menerbitkan Mushaf Al-Qur'an yang diberi nama Ar-Risalah. Beberapa bulan lalu Ketua LTN PBNU Cak Hari Usmayadi Cak Usma meminta untuk dituliskan beberapa dalil Amaliah NU seputar tema-tema yang berkaitan dengan Al-Qur'an. In syaa Allah meliputi: 1. Belajar dan Mengajarkan Al-Qur'an 2. Al-Qur'an Sebagai Penolong di Akhirat 3. 1 Huruf Al-Qur'an Berpahala 10 Kebaikan 4. Pahala Mendengarkan (Semaan) Al-Qur'an 5. Doa Khatam Al-Qur'an 6. Membaca Al-Qur'an di Makam 7. Mengeraskan Bacaan Al-Qur'an 8. Pengajian Diawali Bacaan Al-Qur'an 9. Al-Qur'an Sebagai Doa Ruqyah (Pengobatan) 10. Keutamaan Sebagian Surat Al-Qur'an: - Surat Al-Kahfi - Surat Tabarak - Surat Al-Waqiah - Surat Al-fatihah - Surat Yasin di Malam Jum'at Apa Istimewanya Al-Qur'an Terbitan PBNU?  Begini kawan, saya termasuk orang yang berfikiran out of

Menakar Militansi NU di Medsos

Oleh Suryono Zakka Dalam beberapa tahun terakhir ini, militansi NU di medsos terus meningkat. Hal ini sebagai bentuk perlawanan gelombang radikalisme yang kian tumbuh dinegeri ini.  Mulai dari radikalisme Wahabi hingga radikalisme eks-HTI. Dulu medsos dikuasai oleh golongan minhum. Baik situs online, channel youtube hingga fanspage. Setiap kita mencari konten Islam pasti muncul media milik mereka, sangat sulit untuk mencari website NU hingga channel youtube. Tak jarang warga NU yang awam tentang Islam bisa dipastikan nyasar kemedia mereka. Selain masih sangat minimnya jumlah dan konten milik NU juga masih kalah canggih dengan media kelompok radikal. Kini, hal itu tidak berlaku lagi. Dakwah NU bisa menjadi penyeimbang bahkan melesat pesat. Warga NU tak kesulitan lagi mencari media dakwah kaum Nahdliyin. Warga NU bisa mudah mengakses media dakwah sesuai dengan minat mereka. Ketika kita mencari konten Islam dengan menyertakan kata kunci NU atau Aswaja, insyaAllah media NU akan munc

Didi Kempot dan Islam Nusantara

Oleh Suryono Zakka Banyak jiwa yang merasakan kepedihan meninggalnya mas Didi sang legendaris. Semua kaget. Terasa begitu cepat Tuhan memanggilnya disaat mas Didi berada dipuncak kesuksesan. Itulah kematian. Kehendak Tuhan. Karir mas Didi memang boleh berhenti namun namanya akan terus tertancap dalam sanubari terutama bagi sahabat ambyar. Mas Didi adalah teladan yang luar biasa. Tak semua mampu meniti jejak sang legendaris. Mas Didi adalah gambaran wajah Islam Nusantara. Beliau adalah muslim yang teguh dengan identitas budayanya ditengah gerusan budaya asing baik itu gelombang Westernisme (pembaratan) maupun Arabisme (pengaraban). Mas Didi mantap dengah bangsa Jawanya, Nusantaraisme. Bukan ingin jadi Barat, bukan pula mabuk Arab. Njawani. Ora ilang Jawane. Disaat kutub Westernisme dan Arabisme saling bertikai, mas Didi telah mencontohkan bahwa menjadi muslim tidak harus kehilangan budaya leluhurnya. Beliau telah memberikan contoh teladan: المحافظة على القديم الصالح والاخذ با

Apakah Pajak Bisa Menggantikan Zakat?

Oleh Kiai Ma'ruf Khozin Ngaji Online semalam bersama para Sahabat dari PCINU Jerman ada yang menyampaikan pertanyaan terkait kehidupan di Jerman. Kabarnya biaya pajak di Jerman adalah 35% bahkan ada yang sampai 40%. Apakah dengan membayar pajak tersebut sudah tidak perlu mengeluarkan Zakat? Saya tidak berani langsung menjawab. Ini masalah real yang berat untuk dijawab secara langsung. Cuma saya sampaikan sebuah kejadian yang saya alami saat mengikuti Munas Alim Ulama NU di Cirebon, 2012 silam. Kala itu saya menjadi delegasi dari PWNU Jatim dan masuk di komisi Bahtsul Masail Maudhuiyah (konseptual). Pimpinan sidang saat itu langsung Katib Am Prof. Malik Madani dan didampingi oleh Wakil Katib Am KH Afifuddin Muhajir. Ada 3 sesi pembahasan yang diawali dengan pemaparan oleh Yai Afif. Kedua oleh Dr. KH. Masdar Farid dan ketiga Prof. KH Ali Mustafa Yaqub. Entah kenapa saat pemaparan Dr. Masdar Farid tiba-tiba menyinggung soal pendapat pribadi beliau bahwa orang yang sudah memba

Mendorong Katup Dubur karena Ambeyen, Batalkan Puasanya?

Di antara sebab yang membatalkan puasa adalah masuknya sesuatu ke dalam _jauf_, yaitu rongga yang terbuka, dengan sengaja, bukan terpaksa dan mengetahui keharaman tindakan tersebut. Dubur (anus) termasuk jauf (rongga yang terbuka), sehingga ketika istinja’ (bersuci, cebok) pada saat sedang berpuasa, maka harus dilakukan dengan berhati-hati. Tetapi dalam kasus hemoroid atau ambeien (wasir), karena masuknya katup dubur dengan cara didorong dengan jari atau alat tidak bisa dihindarkan, maka dalam kasus ini dimaafkan, yakni tidak membatalkan puasa. Syekh Nawawî Al-Bantanî (wafat 1316 H) dalam Kitabnya Nihâyatuz Zain fî Irsyâdil Mubtadi’în menjelaskan: يُفْطِرُ صَائِمٌ بِوُصُوْلِ عَيْنٍ مِنْ تِلْكَ إِلَى مُطْلَقِ الْجَوْفِ مِنْ مَنْفِذٍ مَفْتُوْحٍ مَعَ الْعَمْدِ وَالْاِخْتِيَارِ وَالْعِلْمِ بِالتَّحْرِيْمِ... وَيَنْبَغِي الْاِحْتِرَازُ حَالَةَ الْاِسْتِنْجَاءِ، لِأَنَّهُ مَتَى أَدْخَلَ مِنْ أُصْبُعِهِ أَدْنَى شَيْءٍ فِيْ دُبُرِهِ أَفْطَرَ. وَكَذَا لَوْ فَعَلَ بِهِ غَيْرُهُ ذَلِكَ بِاخْ

Benarkah Jika 15 Ramadhan Hari Jum'at Akan Terjadi Sesuatu?

Oleh : Dafid Fuadi* ---------- *Penulis adalah Ketua Aswaja NU Center PCNU Kab. Kediri & Tim Peneliti Aswaja NU Center PWNU Jatim Bidang Pemikiran Islam. Setiap orang muslim tentu wajib mengimani apa yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya melalui Al Qur'an dan Hadits Shahih, bergitu juga wajib mengimani datangnya Kiamat dan berbagai peristiwa2 akhir zaman yang terjadi sebelumnya. Cukup banyak hadits shahih yang menjelaskan berbagai peristiwa penting yang akan terjadi di akhir zaman. Adapun cara yang selamat dalam menyikapi hadits2 tersebut adalah dengan mengimaninya sesuai dengan apa yg disampaikan Rasulullah, dan memgikuti penjelasan para Ulama ttg derajat hadits tsb. Di samping itu, tentu dengan memperbanyak  amal shalih dan melaksanakan perintah2 Allah serta menjauhi larangan2Nya. Di antara hadits2 akhir zaman itu yang sering menjadi perhatian sebagian umat Islam adalah hadits tentang jatuhnya pertengahan (tanggal 15) Ramadhan yang bertepatan dengan hari Jumat. Sa

Pembahasan Seputar Tarawih

A. Pengertian Tarawih  Secara Etimologi Lafaz Tarawih adalah bentuk jama’ (plural) dari kata tunggal Tarwîhah ( الترويحة ) yang berarti: istirahat. Menurut ethimologi berasal dari kata murâwahah ( مـراوحـة ) berarti saling menyenangkan dengan wazan Mufâ’alahnya al-Râhah ( الراحـــــــة ) yang berarti merasa senang. Term ini merupakan bentuk lawan kata dari al-Ta’ab yang berarti letih atau payah. B. Pengertian Tarawih Secara Terminologi Shalat Tarawih adalah shalat sunah yang khusus dilaksanakan hanya pada malam-malam bulan Ramadhan. Dinamakan Tarawih karena orang yang melaksanakan shalat sunah di malam bulan Ramadhan beristirahat sejenak di antara dua kali salam atau setiap empat rakaat. Sebab dengan duduk tersebut, mereka beristirahat karena lamanya melakukan Qiyam Ramadhan. Bahkan, dikatakan bahwa mereka bertumpu pada tongkat karena lamanya berdiri. Dari situ kemudian, setiap empat rakaat (dengan 2 salam) disebut Tarwihah, dan semuanya disebut Tarawih. Hal itu sebagaimana dijel