Tokoh-Tokoh yang Terlibat Pemberontakan PRRI


Terbentuknya PPRI atau Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia merupakan salah satu peristiwa yang penting bagi perkembangan bangsa Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia. Hal ini disebabkan karena terbentuknya PPRI dan juga tujuan yang ingin dicapai sebenarnya memiliki dampak positif bagi pemerintahan Indonesia pada masa itu, hanya saja cara yang ditempuh oleh PRRI dianggap salah dan memberontak pemerintahan Indonesia. Oleh sebab itu, keadaan tersebut dianggap juga sebagai salah satu pemberontakan pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, atau dikenal juga dengan sebutan pemberontakan PPRI. Lantas siapa saja tokoh-tokoh yang masuk didalam pemberontakan PRRI tersebut? dalam kesempatan kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Tokoh PRRI pada tahun 1958.

Peristiwa PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia)

Sebelum membahas mengenai tokoh PRRI, perlu diketahui pula mengenai peristiwa PRRI seperti latar belakang, tujuan dan juga tindakan yang dilakukan baik oleh para anggota PRRI maupun oleh pemerintah Indonesia. Pemberontakan PRRI sendiri sebenarnya dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi, dimana pemberontakan ini sudah muncul menjelang pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949. Secara singkat, PRRI atau Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dapat dipahami sebagai satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, dimana dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958. Dideklarasikannya PRRI ditandai dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein dan berbasis di Padang, Sumatera Barat.

Adapun dua latar belakang yang mendasari dideklarasikannya PRRI adalah sebagai berikut:

Pembangunan yang tidak merata

Konflik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa disebutkan karena adanya ketimpangan dalam pembangunan. Dimana setelah kemerdekaan Indonesia pemerintah pusat dianggap hanya berfokus pada Jawa dan Jakarta saja, ditambah dengan adanya masalah perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Kondisi tersebut akhirnya menimbulkan rasa kekecewaan dan ketidak harmonisan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, terutama didaerah Sumatera dan Sulawesi. Kondisi tersebut juga diperparah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat hingga para prajurit didaerah-daerah tersebut sangat rendah. Oleh sebab itu, PRRI dibentuk dengan tujuan untuk mengoreksi kinerja pemerintah pusat dan juga sebagai protes terhadap bagaimana konstitusi pada saat itu dijalankan.

Pembentukan RIS dan Dikerucutkannya Divisi Benteng

Selain karena ada kondisi pembangunan yang tidak merata dan berimbas pada ketidak harmonisan pemerintah daerah dan pusat, ada satu kondisi lain yang juga mendasari pembentukan PRRI. Kondisi tersebut adalah adanya pembentukan RIS pada tahun 1949 yang disertai dengan dikerucutkan Divisi Benteng. Pengerucutan Divisi Benteng tersebut kemudian hanya menyisakan 1 brigade saja, dan diperkecil kembali menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB. Kondisi tersebut membuat para perwira dan prajurit dari Divisi IX Banteng merasa kecewa dan terhina. Hal ini disebabkan karena mereka merasa telah berjuang jiwa dan raga demi kemerdekaan Indonesia.

Itulah dua latar belakang utama dari terbentuknya PRRI, dimana beberapa kondisi lain juga yang terjadi pada saat itu seperti kondisi Indonesia yang masih belum stabil setelah agresi Belanda dan yang lainnya juga mempengaruhi pembentukan PRRI. Dari kondisi-kondisi diatas kemudian perwira militer membentuk dewan militer daerah, dimana terdiri dari :

Dewan Banteng

Dewan Banteng dibentuk pada tanggal 20 Desember 1956 oleh Kolonel Ismail Lengah di Sumatera Barat, dan dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein.

Dewan Gajah

Dewan Gajah dibentuk pada tanggal 22 Desember 1956 oleh Kolonel Maludin Simbolon yang berbasis di Sumatera Utara.

Dewan Garuda

Dewan Garuda dibentuk pada pertengahan bulan Januari tahun 1957 oleh Letnan Kolonel Barlian di Sumatera Selatan.

Dewan Manguni

Dewan militer daerah yang dibentuk terakhir adalah Dewan Manguni, dimana dibangun pada tanggal 17 Februari 1957 oleh Mayor Somba di Manado.

Dalam upaya penumpasan PRRI, pemerintah pusat kemudian melancarkan operasi militer gabungan, dimana operasi tersebut dikenal sebagai Operasi Merdeka dan dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Pada akhirnya pemberontakan PRRI berhasil dihentikan pada bulan Agustus tahun 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi para anggota PRRI yang tersisa untuk kembali ke Republik Indonesia. Sama halnya dengan dampak pemberontakan APRA, pemberontakan dari PRRI ini juga pasinya memberikan dampak adanya gerakan PRRI bagi Indonesia, salah satunya seperti memberikan ancaman terhadap kestabilan dan keamanan negara Indonesia sebagai satu kesatuan setelah Agresi Militer Belanda.

Tokoh Penting

Gerakan yang dianggap pemberontakan namun sebenarnya hanya suatu upaya untuk membenahi kinerja dan konstitusi pemerintah pusat pada saat itu pastinya memunculkan beberapa tokoh penting didalamnya, terutama didalam kabinet PRRI. Beberapa tokoh PRRI atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia diantaranya seperti:

Letnan Kolonel Ahmad Husein

Kolonel Ahmad Husein sebenarnya merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Namun tidak hanya itu saja, Ahmad Husein juga menjadi tokoh penting dalam PRRI, karena menjadi pemimpin militer PRRI. Terlebih lagi Ahmad Husein merupakan orang yang mendeklarasikan pembentukan PRRI pada tanggal 15 Februari 1958 dan menjadi pemimpin Dewan Banten yang didirikan di Sumatera Barat. Ahmad Husein juga mengambil alih jabatan Gubernur Sumatera Tengah dan menuntut pemerintah pusat untuk memenuhi tuntutan dar Dewan Banteng dengan membentuk Komando Militer Daerah Sumatera Tengah (KMDST). Terlebih lagi dalam pemberontakan PRRI, Ahmad Husein juga dianggap ikut serta dalam penyelundupan senjata dari Amerika Serikat sebagai salah satu bentuk bantuan terhadap PRRI.

Sjafruddin Prawiranegara

Mr. Sjafruddin Prawiranegara juga merupakan tokoh penting PRRI karena menjabat sebagai Perdana Menteri dalam kabinet tandingan PRRI di Sumatera Tengah pada tahun 1958. Selain itu, dalam sejarah kemerdekaan Indonesia Mr. Sjafruddin Prawiranegara merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang menjabat sempat menjabat sebagai Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Wakil Perdana Menteri, dan juga menjadi ketua yang setingkat presiden dalam Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Assaat Dt. Mudo

Sebelum bergabung dengan PRRI, Mr. Assaat Dt. Mudo menjadi seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Selain itu Mr. Assaat Dt. Mudo juga sempat menjabat sebagai pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta, dan juga sempat menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri Indonesia.

Maluddin Simbolo

Maluddin Simbolo juga merupakan tokoh PRRI yang memiliki peran penting didalamnya. Dimana memegang jabatan sebagai Menteri Luar Negeri untuk Kabinet PRRI pada masa itu. Sedangkan pada dasarnya Maluddin Simbolo merupakan seorang tokoh militer dan juga pejuang kemerdekaan Indonesia.

Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo

Soemitro Djojohadikoesoemo bergabung menjadi anggota PRRI pada tahun dideklarasikannya PRRI yaitu 1958, dan menjabat sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran. Walaupun pada akhirnya memutuskan untuk tinggal di luar Indonesia sebagai seorang konsultan ekonomi di Malaysia, Hong Kong, Thailand, Prancis, dan Switzerland. Dalam pemerintahan Indonesia sendiri, Soemitro Djojohadikoesoemo sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Riset karena pada dasarnya memang merupakan seorang ekonom Indonesia.

Moh. Syafei

Moh. Syafei sendiri merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang bergabung dengan PRRI, dan berperan sebagai Menteri PPK dan Kesehatan dalam Kabinet PRRI. Moh. Syafei juga merupakan tokoh masyarakat di Sumatera Barat, dan merupakan pendiri dari INS Kayutanam sebuah lembaga pendidikan menengah swasta.

F. Warouw

F. Warouw merupakan seorang perwira militer yang berperan pula dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. J. F. Warouw bahkan juga sembat menjabat sebagai Komandan Tentara dan Teritorium (TT) VII/ Indonesia Timur, dan Atase Militer di Beijing sebelum bergabung dalam pemberontakan PRRI/Permesta. J. F. Warouw bergabung dengan PRRI juga untuk memperjuangkan otonomi daerah, dan menjabat sebagai Menteri Pembangunan dalam kabinet PRRI. .

Saladin Sarumpaet

Dalam kabinet PRRI, Saladin Sarumpet memiliki peran atau menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Perburuan. Dimana juga berperan penting dalam upaya PRRI memperjuangkan keseimbangan pembangunan dan otonomi daerah.

Muchtar Lintang

Tokoh PRRI selanjutnya adalah Muchtar lintang, dimana menjabat sebagai Menteri Agama. Muchtar Lintang memang aktif dalam melakukan dakwah islam di daerah-daerah Indonesia.

Saleh Lahade

Saleh Lahade merupakan seorang tokoh militer di Indonesia, dimana sempat juga menjadi seorang pemimpin dalam pemberontakan Permesta di Sulawesi. Permesta sendiri memang mendukung PRRI, sehingga perbedaan PRRI dan Permesta tidak terlalu terlihat dan bahkan pemberontakan PRRI juga sering disebut sebagai pemberontakan PRRI/Permesta. Didalam kabinet PRRI sendiri, Salah Lahade menjabat sebagai seorang Menteri penerangan, dan menjadi salah atau tokoh yang menandatangani Piagam Permesta pada Februari 1957.

Ayah Gani Usman

Ayah Gani Usman merupakan tokoh perjuangan yang aktif dalam dunia politik dan sosial di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam kabinet PRRI, Ayah Gani Usman diangkat atau diberi peran untuk menjadi seorang Menteri Sosial.

Dahlan Djambek

Tokoh PRRI yang terakhir didalam kabinet PRRI adalah Dahlan Djambek, dimana merupakan seorang tokoh militer yang juga bergabung sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. Sedangkan didalam kabinet PRRI, Dahlan Djambek menjabat sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi, dimana diangkatnya Dahlan Djambek tersebut setelah Mr. Assaat tiba di Padang.

Demikian beberapa tokoh PRRI atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia yang memiliki peranan penting dalam pembentukan PRRI maupun dalam aksi pemberontakannya. Dimana tokoh-tokoh tersebut juga memiliki jabatan masing-masing didalam kabinet pembanding PRRI atau kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia. Selain tokoh-tokoh diatas, masih banyak lagi tokoh lainnya yang juga bergabung dengan PRRI yang bertujuan untuk membenahi kinerja pemerintah pusat dan pemberlakuan konstitusi pada masa itu.

Tidak tertinggal juga dengan peranan masyarakat yang membantu maupun mendukung pembentukan PRRI dan aksi pemberontakan PRRI yang berlangsung, sehingga mengharuskan pemerintah pusat menggunakan operasi militer besar untuk menghentikan aksi pemberontakan yang terjadi, sekaligus sebagai upaya pemerintah menumpas Permesta. Demikian penjelasan mengenai tokoh PRRI, dimana menjadi sejarah perang bersaudara di Indonesia. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah