Pencela Ber-make up Ulama


Oleh Suryono Zakka

Pencela dan ulama adalah dua hal yang berbeda. Pencela adalah orang yang aktifitasnya menghujat atau memaki sedangkan ulama adalah orang yang memiliki keilmuan yang sangat mendalam khususnya bidang keislaman.

Akhlak pencela dan ulama tentu jauh berbeda. Pencela sikapnya beringas sedangkan ulama sikapnya lembut dan penuh kasih. Ulama itu mendamaikan sedang pencela itu membuat permusuhan.

Dulu, pencela cenderung arogan, amoral, urakan dan jauh dari norma agama. Pencela dianggap orang yang non-agamis. Pokoknya serba amburadul. Buta tentang agama.

Beda halnya dengan sekarang. Pencela bukan lagi tampang yang urakan namun wujudnya agamis, dipanggil ustadz bahkan parahnya dianggap ulama. Aslinya adalah pelaku kriminal yang tidak jelas sanad keilmuannya namun diulamakan oleh pengikutnya.

Karena saat ini banyak pencela ber-make up ulama dan bermulut ayat, maka aktifitas mencela dilakukan disembarang tempat. Tak peduli mimbar pengajian, khutbah Jum'at hingga Tabligh Akbar. Hilang sudah nilai sakralitas-religius acara dan forum keislaman tersebut karena isinya hanya hujat, hujat dan hujat.

Sebab pencela ini berjubah agamis dan ber-make up ulama, siapapun akan dicelanya. Bukan hanya umat Islam yang berseberangan pendapat dengannya, tokoh-tokoh bahkan presiden tak luput dari hujatannya.

Jurus ulama palsu model ini tidak akan berganti dari beberapa kata yakni kafir, laknat, munafik, murtad dan ahli neraka dan umpatan-umpatan kotor. Mendoktrin pengikutnya untuk menjadi ahlul fitnah. Ideologi khawarij masuk didalamnya. Siapa yang tak sepaham boleh caci, wajib diperangi dan ending-nya boleh dibunuh.

Hancur sudah masa depan umat jika mencontoh ulama model ini. Rusak binasalah bangsa ini jika preman-preman bersorban macam ini terus berkeliaran, berkembang biak bahkan beranak-pinak. Ulama gadungan macam ini bukan akan membawa pada kemaslahatan umat dan kemajuan bangsa namun akan membawa pada perpecahan dan kehancuran bangsa.

Untuk kita yang masih waras dan masih punya akal sehat, tak selayaknya terprovokasi ulama gadungan ini apalagi mencontoh perilaku bejatnya. Agar keluarga, masyarakat dan negeri kita terhindar dari tukang fitnah bergaya ulama ini maka keberadaanya wajib diwaspadai. Hentikan provokasinya dan laporkan kepada pihak yang berwenang.

Rasulullah bersabda, mengingatkan kita tentang munculnya pencela yang dijadikan panutan:

إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّالِ سِنِينَ خَدَّاعَةً يُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ الْفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Sesungguhnya sebelum datangnya Dajjal akan ada tahun-tahun penuh tipu daya, dimana orang-orang jujur didustakan dan para pendusta dibenarkan, orang-orang yang dapat dipercaya dikhianati, orang-orang yang berkhianat dipercaya dan berbicaralah pada saat itu Ar-Ruwaibidhah. Dikatakan “apa itu Ar-Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab “orang-orang fasiq yang berbicara tentang urusan orang banyak.” (HR: Ahmad).

Mengutip kalam Cak Nun (Emha Ainun Najib): "Sekarang tidak ada lagi setan bodoh yang menentang Tuhan dan Al-Qur'an. Yang banyak adalah setan yang berpenampilan nabi dan bermulut Al-Qur'an".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah