Hastag Ganti Presiden dan Gerakan Makar HTI


Ajang menuju Pilpres 2019 kian menggema. Masing-masing pasangan menunjukkan simbol-simbol dukungannya. Pendukung Jokowi dengan simbol-simbol khas Pak Jokowi semacam JKW2P maksudnya dukungan kepada Pak Jokowi dua Periode dan PAS (Prabowo-Sandiaga) sebagai simbol dukungan kepada Pak Prabowo.

Selain dari kedua pasangan itu, ada pula gerakan tagar atau hastag Ganti Presiden yang dikomandoi oleh seorang bunda enerjik-revolusioner beserta tokoh-tokoh pendukungnya. Kelompok ketiga inilah yang kemudian membawa tanda tanya besar bagi masyarakat Indonesia bahkan memicu konflik yang berkepanjangan dengan masyarakat diberbagai wilayah. Ada apa dengan gerakan Ganti Presiden? Agenda apa sebenarnya yang mereka usung sehingga membentuk anomali yang berbeda? Tidak mendukung Pak Prabowo terlebih kepada Pak Jokowi.

Apakah ini sebagai sebuah poros ketiga yang bukan hanya sekedar berkeinginan mengganti Pak Jokowi dengan memilih Pak Prabowo dalam sebuah sistem demokrasi yang disebut Pilpres?  Ataukah memang inti tujuannya ingin mengganti sistem atau ideologi? Ganti Presiden via Pilpres dengan ganti sistem atau ideologi tentu hal yang sangat jauh berbeda.

Anomali kian nampak dari gerakan Ganti Presiden karena didukung oleh kelompok-kelompok atau tokoh yang selama ini memperjuangkan ideologi khilafah. Tokoh-tokoh yang selama ini anti Pancasila, anti Nasionalisme dan kerap mempromosikan ideologi khilafah. Tentu kita sudah sama-sama paham bahwa HTI sudah resmi bubar secara organisatoris. Namun bisa jadi, ideologi ini masih tertanam kuat karena seolah mendapat legitimasi dari kitab suci, ada desain agama dan simbol-simbol ketuhanan yang kata mereka wajib untuk diperjuangkan.

Bagi kita, ajang Pilpres adalah ajang lima tahunan yang sudah pernah atau sering kita laksanakan. Tentunya akan kita sambut dengan semangat damai, kedewasaan dan tanpa hujatan. Jika sudah tiba masa kampanye, maka perlunya kampanye secara sehat dengan menunjukkan program-program masa depan sehingga bisa meyakinkan masyarakat untuk agar memberikan dukungan.

Menyikapi kelompok ketiga, perlu menjadi kewaspadaan kita semua sebagai anak bangsa baik yang pro Pak Jokowi maupun yang pro Pak  Prabowo agar kita tidak kecolongan dan kedatangan tamu yang tak diundang. Jika tamu yang tak diundang adalah tamu yang baik tentu tidak masalah namun yang datang adalah tamu yang jahat bahkan pencuri atau perampok yang akan merusak milik kita maka wajib untuk kita cegah.

Oleh karenanya, wajib bagi kita semua dengan datangnya penumpang gelap ini agar rumah kita dan seluruh harta benda kita tidak dirampas. Jika kehilangan sandal dimasjid masih dapat kita cari atau kita beli, namun jika kita kehilangan masjidnya atau kehilangan rumah kita yakni tanah air kita, lantas kemana kita akan mencarinya? Tanah tumpah darah yang subur makmur dan tidak pernah dianugerahkan kepada bangsa manapun akan menjadi mangsa mereka. Nikmat NKRI adalah sebuah Maha Karya Tuhan yang wajib untuk disyukuri dengan mempertahankannya dari kelompok manapun.

Berpilpreslah secara damai! Ini bukan ajang untuk berebut kekuasaan melainkan sebagai ajang demokrasi mencari pemimpin menuju Indonesia yang lebih baik. Jadi ini adalah hajat kita bersama dan tanggung jawab kita semua untuk menyukseskannya. Siapapun yang terpilih, wajib kita hormati dan kita junjung tinggi dengan syukur, ikhlas dan legowo atau lapang dada.

Jangan kita berpecah belah! Jangan kita bermusuhan sesama anak bangsa karena kita adalah satu keluarga yakni rakyat Indonesia. Bersyukurlah Tuhan Yang Maha Esa telah menyatukan kita dalam sebuah keluarga yang plural dan majemuk. Kaya akan ragam budaya, agama dan etnik. Jika kita berpecah belah maka musuh kita yang anti NKRI dan penumpang gelap yang berencana mengganti ideologi Pancasila dengan khilafah akan bersorak sorai dan siap menghabisi kita.

Baca: Bagaimanakah Sikap NU terhadap Wahabi dan Syiah?

Pengusung ideologi anti NKRI bukan hanya memusuhi pak Jokowi tapi akan memusuhi dan menggulingkan kekuasaan siapapun pemimpin yang telah terpilih nanti. Sudah didesain sangat rapi agar rakyat Indonesia chaos sehingga menguat konflik yang pada akhirnya mereka akan melakukan proses tukar guling kekuasaan.

Strategi yang mereka lakukan adalah pecah belah. Memprovokasi agar pendukung kedua pasangan berperang sehingga terjadi gonjang-ganjing politik hingga manjadi negara konflik sebagaimana di Suriah. Cara memprovokasinya adalah dengan menjual ayat-ayat suci dan simbol-simbol agama untuk meraih simpati. Mengemas misi kejahatan dengan segala cara untuk merusak NKRI dari cara yang paling halus hingga cara yang inkonstitusional yaitu kudeta.

Mari kita jaga NKRI! Jangan berikan kepada siapapun karena ini adalah milik kita! Milik Tuhan yang dititipkan untuk kita agar kita menjaganya. Bukan untuk kaum penjajah berkedok apapun. Salam NKRI, salam Indonesia Raya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah