Gaya Politik Jokowi: Menang Tanpa Merendahkan


Gayanya memang kalem, lembut dan gestur yang kurus ramping. Presiden yang dikenal dengan gaya blusukannya. Namanya Joko Widodo. 

Bagi pembencinya, Jokowi dicap sebagai anti ulama, anti Islam, pro asing dan aseng. Karena gayanya yang kalem itulah, Jokowi banyak diremehkan banyak orang sehingga tidak sedikit yang membully-nya. 

Termasuk yang sangat mencengangkan dan mengagetkan adalah keputusannya menggandeng ulama sebagai calon wapresnya di ajang Pilpres 2019 mendatang. KH. Ma'ruf Amin berhasil mengungguli kandidat cawapres pendamping Jokowi diantara kader NU lainnya.  Selama ini, kader NU selalu mewarnai jalannya pemerintahan karena digandeng sebagai wakil presiden walaupun tidak selalu. 

Kiai Ma'ruf berhasil mengungguli Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Romahurmuziy (Gus Romi)  dan Prof. Mahfud MD. Nama yang terakhir ini sebelumnya telah menguat dan mengerucut sebagai cawapres dari Jokowi. Namun karena dinamika politik akhirnya Mahfud MD batal menjadi cawapres Jokowi. 

Apapun hasilnya, ketiga kader muda NU ini tetap hormat dan patuh terhadap dinamika politik yang menyangkut NU. Sehingga, ketiganya menghormati kiai Ma'ruf dan mendukung penuh kiai Ma'ruf menjadi cawapres Jokowi. 

Mengapa bisa kiai Ma'ruf yang jadi cawapres Jokowi? Itulah dinamika politik yang tidak dapat ditebak dan dispekulasi. Semua bisa berubah secara drastis dan dramatis. Apapun keputusan Jokowi memilih kiai Ma'ruf sebagai cawapresnya tentu sudah pertimbangan yang matang dan akurat. 

Menurut saya, beberapa alasan mengapa Jokowi memilih kiai Ma'ruf diantaranya:

1. Jokowi ingin memuliakan ulama sehingga memperhitungkan pendapat ulama dan memilih tokoh sentral-senior di Indonesis sebagaimana kiai Ma'ruf adalah pilihan yang tepat. Yang jelas, Jokowi ingin benar-benar dekat dengan ulama. 

2. Jokowi ingin menyatakan bahwa dirinya tidak anti ulama buktinya menggandeng erat dengan ulama sebagaimana kepada kiai Ma'ruf. Jokowi juga tidak anti Islam karena cawapresnya adalah tokoh Islam yang tentunya sudah ahli dalam bidang hukum Islam. 

3. Jokowi ingin dekat dengan pesantren. Jokowi mendukung penuh bagi kemajuan pesantren. Jasanya diantaranya mensahkan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober, meninjau ulang program Full Day School yang dicanangkan menteri pendidika hingga program tahun mendatang adalah membuka seluas-luasnya balai penelitian, latihan kerja dan pengembangan pesantren. 

4. Jokowi ingin menggandeng tokoh dan ormas moderat dalam menanggulangi aksi terorisme. Jomowi tidak akan munhkin sanggup menyelesaikan aksi terorisme tanpa dukungan ormas-ormas moderat. NU sebagai representasi ormas moderat selalu digandeng pemerintah dalam menyelesaikan kasus-kasus terorisme. Bukan hanya sebatas kasus dalam negeri melainkan semua problem radikalisme selurih dunia. Terbukti, ditangan Jokowi, ormas radikal pengasong khilafah HTI harus gulung tikar dihadapan Jokowi. 

5. Digandengnya kiai Ma'ruf sebagai cawapresnya, menandakan bahwa Jokowi akan terus membangkit kegiatan ekonomi masyarakat melalui ekonomi syariah sebab kiai Ma'ruf dikenal sebagai pakar ekonomi syariah. Dengan begitu, Jokowi ingin mengembangkan sistem syariah demi kemajuan bangsa. Kedalam ilmunya, ekonom hingga tokoh pemersatu ulama sehingga tidak salah Jokowi memilih kiai Ma'ruf

Tidak benar jika Jokowi antek asing dan aseng sebab perusahaan-perusahaan raksasa asing sudah dikuasai Indonesia. Seperti Chevron, Blok Rokan, Freeport dan perusahaan-perusaahan lainnya diambil oleh pemerintah Indonesia. Minimal, saham perusahaan asing dapat masuk lebih besar bagi keuntungan rakyat Indonesia. 

Apapun alasannya, Jokowi hanyalah manusia biasa yang tidak akan mungkin luput cacat dan cela. Para pembencinya, tetap berbagai upaya untuk menjatuhkan Jokowi dengan berbagai cara. Mulai dari isu murahan, hoax dan cacian tanpa adab dan moral.

Sang Super Hero dari Timur

Hebatnya Jokowi, meskipun dicaci maki habis-habisan Jokowi tidak membalasnya namun terus menunjukkan kinerja untuk bangsa. Tidak mudah marah, enggan melayani para pembencinya dan terus fokus kerja untuk bangsa.

Salut untuk Jokowi. Ditanganmu, maka nampak para kaum munafik dan pemecah belah yang ingin merusak negeri ini. Untuk menggambarkan kepribadian Jokowi, cukup dengan satu kalimat "Menang Tanpo Ngasorake" yang maknanya bahwa menjadi memenang tidak harus mencaci maki dan mencela. Jokowi benar-benar menjadi pemenang yang sesungguhnya. Siapapun yang berhadapan dengannya maka pasti akan takluk, tunduk dan kalah namun merasa tidak dikalahnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah