Bersiaplah Menghadapi Kelompok Anti NU dan Anti NKRI!


Apapun resikonya, NU akan selalu konsisten menjaga NKRI. Tak heran jika sikap ketegasannya dalam menjaga NKRI ini, NU kerap dihina, dicaci, difitnah dan dimaki-maki oleh gerombolan anti NKRI. Mulai tokoh dan ulama NU yang paling sepuh hingga warga NU akar rumput tak pernah luput dari keganasan dan kebengisan kelompok ini.

Dihina dan dicaci bukanlah pilihan namun demi menjaga NKRI dari kelompok perusak, bagi NU tak mengapa. Dihina dan direndahkan memang tak nyaman namun melepaskan NKRI dari cengkeraman kaum radikal lebih menyakitkan dan menjadi musibah besar. Hidup dan mati akan selalu setia kepada NKRI, begitulah semboyan NU yang takkan dapat ditawar dan  takkan dapat digoyahkan.

Dua tanggung jawab besar yang selalu dijaga oleh NU adalah menjaga NKRI sebagai warisan dari ulama pendiri bangsa dan menjaga akidah Aswaja di Nusantara sebagai warisan dari ajaran kanjeng nabi Muhammad saw. Dua amanah yang sama beratnya. Dan NU bersyukur menjaga dua amanah besar ini sebab hanya ormas yang besar yang dihuni oleh orang-orang yang berjiwa besar yang akan sanggup memikul amanah besar. Dilanpun mungkin takkan sanggup menanggung derita menjaga NKRI. Jadi biarkan saja NU tegar menjaga NKRI sebab NU punya tentara langit yang akan siap datang menghabisi para pembuat makar dan kerusakan.

Karena dua amanah yang diemban NU maka yang memusuhi NU-pun juga dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah kelompok anti NKRI pengusung khilafah, daulah atau NKRI Bersyariah seperti ormas terlarang HTI wa akhawatuha. Kelompok kedua adalah mereka yang anti akidah Aswaja seperti Wahabi dan pewaris sekte Khawarij lainnya. Baik anti NKRI maupun anti NU saya sebut sebagai pewaris sekte Khawarij karena ideologinya yang menyempal dari mayoritas umat Islam.

Selain menyempal, kedua kelompok kaum perusak ini juga disebut dengan sekte takfiri yakni ekstrem, radikal, membuat kekacauan dan propaganda, agitasi, sabotase serta doktrin mengkafirkan diluar kelompoknya. Kalaupun tidak mengkafirkan, minimal diluar kelompoknya dianggap sesat dan pastinya ahlinnar (penghuni neraka). Jika jargonnya khilafah teriak-teriak thaguth kepada Pancasila sedangkan jargonnya Wahabi teriak-teriak ahli bid'ah dan ente Syiah.

Dua kelompok sempalan ini, kian hari keganasannya semakin menjadi-jadi. Kian garang bak monster penghisap darah. Kian galak dan berupaya menghantam NKRI dan NU dari berbagai penjuru. Apakah efek karena NKRI terlalu toleran kepada mereka (walau mereka sangat anti toleran) ataukah ini hasil dari benih-benih yang telah ditanam oleh penguasa sebelumnya? Entahlah. Yang jelas, kita bisa merasakan gerakannya yang begitu bar-bar.

Sebuah koalisi besar (Ahzab) untuk menghabisi NU dan NKRI. Narasi yang mereka buatpun dengan bermacam-macam mulai dari proyek Wahabisasi, Khilafahisasi hingga hastag Ganti Pepsodent. Bersyukurnya, NU sudah paham dan sangat kenal aroma ini walaupun tidak sedikit yang mengaku-aku NU tersihir oleh propaganda licik ini. Untungnya, yang kepincut propaganda ini adalah segelintir mereka yang tidak paham NU dan tidak paham NKRI walaupun ngaku-ngaku NU. Yang jelas bukan NU kaffah dan bukan Pancasilais sejati. NU kaffah dan Pancasilais sejati tidak akan terbujuk propaganda ini walau dapat iming-iming khilafah bersyariah, surga bersyariah, bidadari bersyariah dan cap syariah lainnya.

NU bukanlah ormas yang tidak paham agama jadi sampai kapanpun tidak akan pernah tertarik dengan stempel syariah sebab jargon syariah hanyalah sekedar bungkus dan modus untuk merusak NKRI. Bagi NU, isi dan substansi adalah hal yang terpenting jika dibandingkan bungkus karena bungkus kadangkala hanya menipu dan betapa banyak manusia yang tertipu oleh bungkus karena tidak memahami isinya.

Saatnya yang waras tidak perlu mengalah. Jika yang waras terus mengalah maka yang tersebar hanyalah ketidakwarasan. Jangan sampai negeri ini dirusak oleh mereka yang kurang waras karena politik dan karena mabok agama sehingga overdosis. Gejala mabuk agama adalah merasa paling masuk surga dan paling bersyariah. Menyerang umat Islam secara serampangan dengan menggunakan ayat-ayat perang dan ayat-ayat untuk orang kafir.

Agar tidak mabuk agama, maka belajarlah tentang agama dari orang-orang yang benar-benar ahli agama bukan sekedar ngaku-ngaku ahli agama sehingga mendadak jadi ulama. Agar paham tentang Pancasila maka bukalah lembaran-lembaran sejarah pahit berdirinya bangsa ini sehingga tidak menyerang negara, atau menyerang pemerintah dengan modal ayat agama.

Betapa banyak mengaku bela agama namun kehilangan Tuhan. Tidak sedikit yang mengaku pembela Tuhan tapi menghinakan makhluk Tuhan. Tidak jarang mengaku penyembah Allah tapi gemar mencela pemimpin yang telah ditakdirkan oleh Allah. Tidak heran jika ada yang paling lantang menyeru atas nama Tuhan namun juga lantang menipu dengan ayat-ayat Tuhan.

Waspadalah!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah