Arti Merah Putih Bagi NU


Apapun yang terjadi, NU akan selalu mencintai NKRI. Cinta segenap jiwa raga yang takkan dapat tergantikan dengan iming-iming apapun. Oleh karenanya, NU selalu siap siaga dan patroli tiada henti menjaga NKRI. Semboyannya, NKRI Harga Mati. Jika NKRI mati maka matilah NU dan jika NU mati maka tamatlah riwayat NKRI. Jika NU masih hidup, jangan pernah bermimpi untuk mematikan NKRI. Bersiaplah padam ditangan NU jika ingin memusnahkan NKRI.

Sebesar apa cintanya NU kepada NKRI? Tak habis dituliskan dengan kata-kata. Tak dapat dilukiskan dengan kanvas apapun. Tak selesai digambarkan dengan banyaknya tinta. Bahkan bidadari cantikpun takkan bisa merayu dan menggoda NU untuk berpaling kepada NKRI. Sebelum NKRI ini lahir alias masih dalam kandungan dan alam rahim, NU sudah merawat negeri nusantara ini.

Setelah NKRI lahir hingga hari ini, NU terus menjaganya tak kenal lelah dan tak pernah berharap upah. Berbagai upaya terus dilakukan penjajah untuk merenggut NKRI dari tangan NU dengan berbagai gerakan. Upaya merusak dan merampas NKRI masih tetap ada hanya saja beda merk dan stempelnya. Jika dulu merknya ada kolonialisme namun sekarang stempelnya bermodus khilafahisme.

Jika dulu senjatanya penjajah adalah senapan dan meriam namun sekarang penjajahnya bersenjatakan pedang, bom rakitan dan ayat suci. Jika dulu penjajahnya benar-benar misionaris anti Islam sedangkan sekarang penjajahnya misionaris mengaku Islam, bela Islam dan sedang mabuk hijrah. Sungguh tragis memang. Siapa sangka jika ternyata ayat suci dan simbol agama dibajak oleh kelompok-kelompok tanggung hijrah untuk memberontak.

Mereka mengkafir-kafirkan hanya karena kita hormat bendera. Mereka menthaghut-thaghutkan hanya karena kita bersimbolkan Pancasila. Mereke bersumpah serapah hanya karena kita tak berjargon syariah. Mereka membid'ah-bid'ahkan hanya karena kita tak pakai stempel sunnah.

Sadarkah mereka bahwa kita tidak sedang menyembah bendera, namun penghormatan kepada simbol suci sang saka. Mengapa kita hormat pada sang saka suci? Dengan simbol suci itu, nyawa dipertaruhkan, darah berkucuran dan kehormatan diperjuangkan. Simbol suci itu menandakan bahwa perjuangan kemerdekaan dapat diraih dengan keberanian dan kesucian. Dengan simbol suci itu, hingga hari ini kita tidak tercerai berai dan terus dipersatukan dalam ikatan kebangsaan.

Kita hormat bendera bukan karena kita tak paham syariat. Kita cinta dengan Pancasila bukan karena kita tak kenal agama. Kita cinta tanah air bukan karena kita buta ayat dan tak paham dalil. Kita cinta NKRI karena kita sadar bahwa kita tidak hidup sendiri tapi hidup bersama-sama dengan orang yang mencintai negeri ini.

Jika mereka cap kita tak paham syariat lantas adakah andil mereka untuk negeri ini? Jika mereka kafirkan kita hanya karena kita setia kepada Pancasila, adakah jasa mereka barang secuilpun untuk NKRI? Jangankan jasa, jangankan andil, hadirnya saja baru kemarin sore lantas teriak-teriak paling peduli dengan NKRI. Teriak-teriak paling bersyariat, paling nyunnah, paling nyalaf, paling masuk surga dan pokoknya super paling. Padahal sedang dimabuk hijrah. Faktanya sedang belajar agama sambil mengigau. Mimpi mendirikan negara yang rakyatnya sudah punya negara. Hanya karena tidak ada stempel halal dan merk khilafah lantas dituduh negara kafir. Benar-benar stres level yang paling parah.

Walau sudah dibubarkan tapi teriakannya paling lantang. Yel-yelnya revolusi, jihad bela Islam dan jihad bela ulama. Ulama yang mana yang mereka bela? Mungkin yang mereka maksud adalah ulama penebar teror dan ulama pemberontak? Sepanjang sejarah perulamaan, tidak ada ulama yang mengajak revolusi apalagi tukang demo jualan ayat. Jika demikian, hancur lebur derajat keulamaannya.

Walau sudah bubar, hantunya memang masih berkeliaran. Seram dan menakutkan lebih dari zombie. Wujudnya tak tampak tapi aksinya terlihat nyata. Menebar teror secara sembunyi-sembunyi disetiap instansi. Memprovokasi agar benci kepada negara, anti dengan Pancasila dan menunggu masa saatnya revolusi merebut kekuasaan.

Jangan pernah menghayal bahwa kami akan melepaskan negeri ini kepada pemberontak walau berbendera syariah. Jangan pernah bermimpi bahwa kami akan memberikan negeri ini secara gratis dan cuma-cuma kepada penjajah walau bertopeng ayat. Kami takkan terbujuk rayuannya apalagi wujud palsunya. Bagi kami, Islam Yes! Khilafah No!

Wahai pemberontak bertopeng syariah, bukan karena kami anti Islam. Bukan karena kami anti syariat. Dan bukan pula kami benci ayat tapi kami paham mana syariat dan mana penjahat yang bermuka manis dengan mengutip ayat. Bagi kami, Islam itu membumi bukan melangit. Islam itu kontekstual tidak tekstual. Islam itu substansi bukan sekedar jargon-jargon ilusi.

Walau bendera kami hanya bersimbolkan merah dan putih tanpa kalimat suci, tapi bendera kami adalah lambang kesucian karena diperjuangkan oleh mereka-mereka yang berjiwa suci, pengorbanan yang suci, tujuan yang suci dan direstui oleh Tuhan yang Maha Suci. Ayat suci kami memang tidak tertulis dibendera karena ayat suci kami melekat dihati sanubari para pembela, pejuang dan pendiri negeri ini.

Selagi masih ada NU, mereka takkan bisa bermimpi mendirikan negara ilusi apalagi mewujudkannya. Sekali saja mereka menampakkan revolusi maka secepat itu pula NU akan membasmi tanpa sisa. Betapa banyak kaum pemberontak dan perusak tumbang berhadapan dengan NU. Jika ingin tumbang tanpa sisa, musuhilah NU!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah