Wajah Allah dalam Perspektif Aswaja-Sunni dan Kaum Mujassimah (Wahabi)


Perbedaan mujassimah wahabi dan aswaja  mengartikan tentang arti makna wajhulloh/wajah Allah

Al-Ibanah yang di tahqiq dari Sayyid Hasan Assaqof dikatakan :

وان له سبحانه وجها [بلا كيف] كما قال (ويبقى وجه ربك ذو الجلال و الإكرام)
Artinya secara sempit : dan bahwa sesungguhnya bagi Allah wajhu tanpa kayf seperti yang Allah katakan (dan maha kekal wajhu Rabb mu yang memiliki keagungan dan kemuliaan).

Sayyid Hasan Assaqof mengatakan di catatan kaki :

تقدم الجواب على استدلاله بهذه الآية الكريمة أنها لا تصلح دليلا لمدعاه لأن المراد بها و يبقى الله ذو الجلال والإكرام ! و إلا فهم ملزمون بالقول بفناء الأعضاء و الصفات الأخرى التي زعموها كاليدين و الساق و الجنب و الأصابع  و القدمين و غيرها ! تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا .
"Di dahulukannya jawaban (pertanyaan qoil) terhadap istidlal (dalil) dengan inilah ayat mulia karena sebenarnya tidak pantas ayat ini menjadi dalil untuk pengakuan nya karena yang dimaksud dalam ayat ini "dan maha kekal Allah yang memiliki keagungan dan kemuliaan" ! Jika tidak menafsirkan seperti itu maka mereka (mujassimah/wahhabi yang dimaksud sebab ini tentang kejanggalan teks yang di tahrif wahabi tentunya) menetapkan dengan ucapan yang menyatakan akan binasanya anggota dan sifat yang lain yang mereka sangka seperti yadain, saq , janb , jari jari ,dan kaki dan lainnya ! Maha suci Allah dari yang mereka sangka halnya maha tinggi lagi maha mulia."

Adapun taqdir dari perkataan Imam Al-Asy'ari Ini Adalah :

و ان كائن له سبحانه وجها بلا كيف كما قال (و يبقى وجه ربك ذو الجلال و الإكرام)
Segi i'robnya :
-kainun spt dlm Al-Alfiyah maupun mutammimah sebagai khobar sebenarnya dari zhorof & jar majrur, menjadi khobar muqoddam dari Anna.
-bilaa kayfa jar majrur yang jg mutaallaq thdp kainun sama seperti "lahu".
-"kamaa qola" kaf huruf jar dan maa isim maushul di posisi majrur mutaallaq pada lafazh "kayfa".

Segi bayan :
-makna wajhu robbika disini pada lafazh wajhu adalah majaz mursal ilaqoh /alaqon juz'iyyah bimakna kulliyah dalam arti yang di katakan wajhu tapi yang dimaksud adalah sifat wajhu itu sendiri dan juga dzat Allah.

Segi tafsir :
-dalam tafsir Jalalain, tafsir wajhullah adalah dzat Allah.

Maka maknanya : dan ada bagi Allah ta'ala wajhu yang adanya tidak terdefinisi (tidak bisa di maknai wajah/muka) seperti yang Allah katakan (seperti yang Allah maksud) "dan maha kekal wajhu dan Dzat Rabb mu yang memiliki keagungan dan kemuliaan".

Baca lainnya: Meneliti Akidah NU, Muhammadiyah dan PKSl

Kesimpulan : wajhullah andai di katakan sifat maka bukan anggota badan wajah/muka melainkan sifat Allah yang tidak terdefinisi juga terkadang dimaksud menunjuk dengan sifat ini kepada Dzat Allah Ta'ala. Laitsa kamistlihi syaiun tak ada yg serupa denganya/Allah SWT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Tasmiyah