Dimanakah Tuhannya Kaum Wahabi?


TERNYATA TUHAN KAUM SALAFI WAHABI BERADA DI DASAR PERUT BUMI LAPIS KE TUJUH.

Tanggapan Atas Ustadz Firanda  dalam buku: Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya

Ketika akal sehat diabaikan dalam mengkaji masalah-masalah akidah, maka yang terjadi adalah hidup kebingungan tak tentu arah!

Ketika asal sembarang hadis (yang kadang-kadang juga secara sanad shahih) dijadikan pijakan dalam berakidah maka yang terjadi adalah kita dibuat tidak pasti arah dengan akidah kita! Mau atau tidak mau kita akan terjatuh dalam mengimani berbagai hal yang saling kontradiktif!

Itu kira-kira nasib kaum yang menelantarkan akal sehatnya yang Allah anugerahkan untuk memikirkan dan mencari kebenaran ajaran-Nya.

Karena mabok riwayat atau atsar dan membuang jauh-jauh akal sebagai pemandu menuju akidah kebenaran, maka kaum Salafi Wahhâbi hidup memprihatinkan dalam berakidah!

Dalam dakwahnya yang tak kenal lelah para Misionaris Salafi Wahhâbi berusaha mayakinkan kita semua bahwa Allah berada di atas langit ke tujuh/ di arah atas…. dengan satu alasan karena ada nash-nash, khususnya riwayat yang diatas-namakan Nabi Muhammad saw. di sampinh beberapa ayat yang mereka tak pandai memahaminya secara tepat… sebagai contoh Sarjana kita yang satu ini; Ustadz Firanda yang menulis buku dengan judul: KETINGGIAN ALLAH SWT DI ATAS MAKHLUK-NYA… Dalam hampir seratus halaman pertama ia berusaha meyakinkan kita semua bahwa akidah Islam sejati adalah akidah yang mengatakan bahwa Allah berada di atas langit ke tujuh/di arah atas!

Ada empat bahasan mendasar yang ia sajikan kepada kita dalam bukunya itu, di antaranya adalah: A. DALIL BAHWASANYA ALLAH SWT BERADA DI ATAS. Di bawah sub judul itu ia menyebutkan delapan belas dalil… yang keseluruhannya tidak mengena, sementara sebagian lainnya menggelikan, seperti akan saya buktikan secara bersendiri dalam blog kesayangan Anda ini.

Tetapi, di sini, saya hanya ingin menyajikan sebuah kenyataan yang mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran sebagian orang. Bahwa ternyata dalil-dalil yang mereka anggap menunjukkan secara akurat ketinggian Allah di atas makhluk-Nya dan bahwa Allah berada di atas.. tenyata dalil-dalil itu dibosbardir oleh beberapa riwayat shahih yang menentangnya dengan tajam… bahkan mengatakan bahwa:

Ternyata Allah-nya Kaum Salafi Wahhâbi Berada Di Dasar Perut Bumi Lapis Ke Tujuh!

Inilah kenyataan yang perlu segera mereka carikan jalan keluarnya agar mereka tidak kelihatan sedang kebingunan dan terbongkar karancuan akidahnya!

Hadis/atsar tentangnya telah diriwayatkan oleh Abdurrazzâq ash Shan’âni dalam tafsirnya dengan sanad sebagai berikut:

عن معمر ، عن قتـادة قال : بينا النبي (ص) جالس مع أصحابه ، إذْ مرت سحاب ، فقال النبي (ص) : أتدرون ما هـذه ؟ هذه العنان ، هذه روايا أهل الأرض يسوقها الله إلى قوم لا يعبدونه ثم قال : أتدرون ما هذه السماء ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم . قال : هذه السماء موج مكفوف وسقف محفوظ ، ثم قال : أتدرون ما فوق ذلك ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم . قال : فوق ذلك سماء أخرى ، حتى عد سبع سماوات ، ويقـول: أتدرون ما بينها ؟ ثم يقول : ما بينها خمس مائة عام ثم قال : أتدرون ما فوق ذلك ؟ قال : فوق ذلك العرش ، ثم قال : أتدرون ما بينهما ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم . قال : بينهما خمسمائة سنة ، ثم قال : أتدرون ما تحت ذلك ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم . قال : تحت ذلك أرض أخرى ، ثم قـال : أتدرون كم بينهما ؟ قالوا : الله ورسـوله أعلم ، قال : بينهما مسيرة خمسمائة سنة حتى عد سبع أرضين ، ثم قال : والذي نفسي بيده لو دلى رجل بحبل حتى يبلغ أسفل الأرض السابعة لهبط على الله ، ثم قال : ( هُـوَ الأَوَّلُ وَالآخِـرُ وَالظَّـاهِرُ وَالْبَـاطِـنُ وَهُـوَ بِكُـلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.

“Dari Ma’mar dari Qatadah, ia berkata, ‘Ketika Nabi saw. duduk bersama para sahabatnya, lalu berlalulah awan, maka Nabi saw. bersabda:….. (karena terlalu panjang dan tidak terkait langsung dengan tema kita kali ini, maka saya sengaja terjemahkan langsung bagian intinya saja, dengan menetapkan teks asli riwayatnya agar diterjemahkan bagi yang berminat)….:

Kemudian beliau bersabda, ”Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, andai seorang mengulurkan tali tamparnya ke perut bumi sehingga sampai ke bagian terbawah dari bumi lapis ke tujuh pastilah ia turun atas Allah. Setelahnya beliau membacakan ayat:

هُوَ الْأَوَّلُ وَ الْآخِرُ وَ الظَّاهِرُ وَ الْباطِنُ وَ هُوَ بِكُلِّ شَيْ‏ءٍ عَليمٌ

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Hadid [57];3)

Sanad Hadis

Mungkin sebagian sarjana Salafi Wahhâbi yang gemar meneliti sanad hadis seakan ahli hadis yang munpuni berusaha meragukan sanad dan keshahihan riwayat di atas, maka saya katakan bahwa dengan sedikit memperhatikan nama-nama para parawinya dan menyimak komentar para ulama dan pakar ilmu hadis kita pasti sampai kepada sebuah kesimpulan akan keshahihannya. Hadis ini telah diriwayatkan oleh al baihaqi dalam al Asmâ’ wa ash Shifâf (sebuah kitab yang juga diandalkan Ustadz Firanda dalam membangun akidah bahwa Allah berada di atas).[1]

Hadis dengan kandungan serupa juga telah diriwayatkan oleh para ulama di antara mereka adalah: Imam Ahmad dalam Musnad-nya, at Turmudzi dalam Sunan-nya, Abu Syeikh al Ishbahâni dalam kitab al ‘Adhamah-nya dan ath Thabarani dalam al Mu’jam al Kabîr-nya[2]. Dan Majma’ az Zawâid-nya, al Haitsami mengomentarinya demikian:

رواه الطبراني في الكبير ، ورجاله رجال الصحيح .

 “Hadis ini telah diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam Mu’jam al Kabîr-nya dan para parawinya adalah para perawi shahih.”[3]

Jadi ringkas kata hadis ini adalah shahih!

Abu Salafy:

Adapun dari sisi matan dan kandungannya tidak samar bagi semua orang bahwa ia menunjukkan bahwa Allah berlokasi di bawah perut bumi lapis ke tujuh. Karenanya, para tokoh Mujassimah Musyabbihah terpaksa menakwailkannya, bahwa yang dimaksud dengannya adalah ia akan bertemu/mendapati kekuasaan dan kerajaan Allah ada di perut bumi lapis tujuh itu… bukan Allah yang berlokasi di sana!

Aneh, ketika para ulama Ahlusunnah menakwilkan sebuah ayat atau hadis yang terkesan secara dzahir menyalahi kemaha-sucian Allah SWT mereka segera mengecamnya habis-habisan dan menuduhnya sebagai Mu’aththilah! Tetapi kini mereka melakukan apa yang selama ini mereka haramkan atas orang lain! Itulah ciri kaum yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan sesembahan!

Seperti imam panutan mereka; Abu Ya’la al Farrâ’ yang menulis sebuah buku khusus membantah habis-habisan seorang ulama Ahlusunnah bernama Abu Bakar bin Faurak al Asy’ari.

Ibnu Taimiyah Dan Ibnu Qayyim Membela Dan Berusaha lari dari Hadis Ini Dengan Menakwilnya!

Ibnu Taimiyah dan Ibnu qayyim telah membala hadis ini. Akan tetapi Ibnu Taimiyah kemudian memelesetkannya dengan menakwilkan hadis ini agar tetap sesuai dengan akidah menyimpangnya bahwa Allah di atas!

كما في الحديث > لو أدلى أحدكم دلوه لهبط على الله < ومن المعلوم أن إدلاء شيء إلى تلك الناحية ممتنع فهبوط ، شيء على الله ممتنع فكون الله تحت شيء ممتنع وإنما الغرض بهذا التقدير الممتنع بيان إحاطته من جميع الجهات وهذا توكيد لكونه فوق السموات على العرش لا مناف لذلك .

“Sebagaimana dalam hadis, ‘Andai seorang dari kamu menurunkan tali tamparnya pastilah ia turun ke atas Allah.” Dan yang diketahui bahwa menurunkan sesuatu ke arah itu adalah mustahill, maka turunnya sesuatu ke atas Allah juga mustahil dan keberadaan Allah di bawah sesuatu juga mustahil. Akan tetapi maksud dari pemerkiraan yang mustahil ini adalah penjelasan akan kemaha-meliputinya Allah terhadap semua arah. Dan ini pengukuhan bahwa keberadaan Allah di atas langit-langit di atas Arsy, bukan malah menyalahinya.”[4]

Abu Salafy:

Saya akan serahkan kepada kecerdasan untuk menilai permainan Ibnu Taimiyah yang menyulap hadis di atas sehingga menjadi penguat bahwa Allah berada di langit-langit di atas Arsy-Nya! Sementara hadis tersebut ganblang sekali maknanya, bahwa jika ada seorang menurunkan tali tamparnya ke berut bumu lapis tujuh pasti ia menjumpai Allah SWT di sana! Jika Allah berlokasi di bawah perut bumi lapis ke tujuh lalu Arsy-Nya ditempati siapa? Apakah Arsy Allah berada di perut bumi lapis ke tujuh? Atau bagaimana sebenarnya?

Inilah jadinya jika seseorang membangun akidahnya tanpa menggunakan akal… dan hanya mengandalkan hadis-hadis/atsar-atsar yang sering kali bermasalah walaupun boleh jadi sanadnya rapi dan shahih… akidah kita saling berbenturan akibat percaya kepada asal riwayat!

Tetapi bagi kaum Mujassimah Musyabbihah semua itu dapat diatasi dengan tanpa masalah.. sebab mereka bak bajing lonpat… yang jika diperlukan mereka akan menompat ke taman takwil untuk menyelamatkan kehormatan muka mereka!

Sekali lagi, saya tidak mengklaim bahwa apa yang saya tulis di sini tentang hadis di aas adalah benar… tetapi paling tidak saya mennanti penjelasan dari agen-agen aliran Mujassimah Musyabbihah dan para perawis akidah mereka seperti saudara saua Ustadz Firanda yang saya hormati… karenannya tolong bantu saya memehami masalah ini…. saya akan sabar menanti…

Baca lainnya: Bagaimanakah Akidah Imam Syafi'i?

[1] Al Asmâ’ wa ash Shifâf:503-504. Cet. Dâr al Kotob al Ilmiah. Beirut.

[2] Musnad Ahmad,2/370, Sunan at Turemudzi,5/356-337 Cet. Dâr al Kotob al Ilmiah. Beirut, Abu al ‘Adhamah; Syeikh al Ishbahâni,2/560,561 dan 662. Cet. Dâr al Ashimah. Riyadh. Thn.1408 H dan ath Thabarani dalam al Mu’jam al Kabîr

[3] Majma’ az Zawâid 1/86.

[4] Bayân Talbîs al Jahmiyah,2/226. Buku ini seperti telah saya singgung ditulis Ibnu Taimiyah untuk membantah Imam ar Râzi yang beraliran Ahlusunnah Asya’ari. Jadi jangan haren jika kaum Salafi Wahhâbi menyebut Ahlusunnah sebagai Jahmiyah dan kemudian mereka memopoli gelar Ahlusunnah hanya untuk kaum Wahhâbi yang pendahulu mereka dari kalangan Mujassimah Musyabbihah. Ingat ini!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Tasmiyah