Harakatisasi Al-Qur'an: Bid'ah Hasanah yang Membawa Berkah



Oleh Mochamad Shofa
                                                       
Beliau 👉Syekh Abul Aswad Ad-Dualy adalah seorang Ulama yg menemukan Ilmu Nahwu. Beliau juga membuat kaidah/ gramr bahasa Arab/ Nahwu.

👉 Salah satu Jasa beliau adalah menemukan & yg memberi tanda di setiap akhir kata dalam bahasa arab yg nantinya setelah berkembang kita sebut dengan HAROKAT. Atas dan atau dengan perintah Kholifah Ali ibn Abi Tholib r.a, beliau Syekh Abul Aswad Ad-Dualy dengan dibantu 15 orang ahli bahasa arab mengerjakan pekerjaan yg sangat mulia, yaitu dengan membuat tanda disetiap akhir kata dalam Al-Qur’an, karena takut akan terjadi kesalahan dalam bacaan & menyebabkan kesalahan dalam memahami isinya.

👉 Sebenarnya pada awalnya Abul Aswad menolak & bersikeras tidak mau memberi HAROKAT, karena merupakan sebuah hal ke-BID'AH-an(tidak ada & tidak dicontohkan dijaman Nabi Saw), tapi pada akhirnya, beliaupun bersedia bahkan semangat, karena pernah 👉 pada suatu hari beliau melewati seorang yg tengah membaca Al-Qur'an. Ia mendengar surah At-Taubah ayat 3 dibaca dengan ksalahan harakat di ujung kalimat.

Meski hanya SATU kesalahan harakat, namun artinya sangat jauh berbeda. 👉 Syekh Ad-Duali mendengar orang itu membaca 👉 "Annalloha bari'um minal musyrikiin wa Rosuulihu" yg seharusnya dibaca 👉 "Rosuluhu", Jika diartikan akan sangat jauh berbeda.

Pembacaan pertama yg salah tersebut berarti "Sesungguhnya Alloh berlepas diri dari orang2 musyrik & rosulnya.” Tentu saja arti tersebut menyesatkan, karena Alloh tidak pernah berlepas dari utusan-Nya. Makna kalimat yg semestinya yakni 👉 “Sesungguhnya Alloh & Rasul-Nya berlepas dari dari orang2 musyrik.

Hanya satu harokat, tapi mengubah arti yg begitu banyak. Sejak peristiwa itulah, 👉 Syekh Ad-Duali mulai menekuni dunia Ilmu Nahwu & berkeinginan memperbaiki Bahasa Arab. Ia khawatir jika tak dibuat sebuah kaidah,
👉 Bahasa Arab akan mudah lenyap begtu saja.

Kemudian Syekh Abul Aswad Ad-Dualy berkata kepada Lima 15 temannya atau bisa dibilang muridnya 👉 "kalau mulutku berkumpul diakhir kata, maka berilah tanda diatas huruf terakhir” dalam bahasa arabnya beliau berkata “In Dhomma famiy fi akhiril kalimati dho’ ‘alamatun fauqoha”  👉 ini yg kelak (sekarang) disebut dengan DHOMMAHD diambil dari kata 👉“Dhomma” dalam perkataan Beliau tersebut.

Kemudian beliau berkata 👉 “Jika (Diakhir kata) aku membuka (mulutku) maka berilah tanda didepannya, dalam bahasa arabnya beliau berkata 👉 “Wa in fataftu dho’ ‘alamatun amamaha" ini yg akan disebut FATHAH.

Dan  👉 jika (diakhir kata) aku memecahkan (ucapanku) berilah tanda dibawahnya, ucapan Beliau dalam bahasa arabnya 👉 “Wa  kasartu dho’ tahtahu ‘alamatun” ini yg akan kita sebut dengan KASROH. 👉👉 Inilah awal dari “Naqtul I'rob” atau pemberian tanda I'rob yg pertama kali dilakukan oleh Al-Imam Abul Aswad Ad-Dualy.

Setelah berlalunya waktu, Islam semakin luas serta tidak semua orang islam tahu bahasa arab, datanglah (muncul) seorang Ulama yg bernama 👉 "Nashr ibn ‘Ashim. Beliaulah yg meletakkan TITIK dalam huruf hijaiyah. Beliau jugalah yg mengurutkan huruf hijaiyah menjadi :
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز ........
dan seterusnya, karena dulu urutannya adalah
ا ب ج د ه و ز ............
dan seterusnya.

Dan pada akhirnya berjalanlah zaman sebagaimana semestinya, sampai pada zaman salah satu dari orang2 terjenius Arab yg bernama 👉 Al-Kholil Bin Ahmad Al-Farohidi guru dari Imam Sibawaih yg kemudian menemukan HAROKAT untuk lebih memudahkan membaca Al-Qur’an seperti Al-Qur’an yg ada dihadapan kita saat ini.

Peletakan HAROKAT tersebut digunakan dalam rangka memudahkan membaca Al-Qur’an serta pengajaran bahasa arab, karena bahasa arab pada dasarnya adalah tanpa harokat. Hal ini dapat kita buktikan dengan kita membaca majalah, koran2 atau kitab2 bahasa arab. Kitab tersebut pasti ditulis dengan tanpa harokat (arab gundul) kecuali ayat Al-Qur’an & Hadits ataupun Matan kitab tersebut, sedangkan syarh (penjelasannya) tidaklah berharokat, karena memang harokat berfungsi untuk membantu saja (tidak kurang & tidak lebih, serta juga tidak menambah & mengurahi apalagi merubah BUNYI & ARTI dari tulisan ataupun kalimat AYAT yg aslinya)
                                           
Demikanlah sejarah singkat Harokat dalam Al-Qur’an. 👉 Jasa para Ulama2 terdahulu & bagaimana pula mereka mengorbankan waktu demi untuk agama ini.

Memikirkan generasi berikutnya, menjaga supaya generasi setelah mereka tidak salah dalam membca Al-Qur’an, serta memudahkan dalam belajar Al-Qur’an & Bahasa Arab.

👉👉 "Semoga Alloh SWT merohmati mereka semua, serta memberi balasan kepada mreka dengan se-baik2 balasan & Semoga Alloh SWT menjadikan kita hamba2-Nya yg pandai bersyukur atas karunia yg besar ini serta nikmat2 yg lain.

👉 Semoga Alloh SWT menganugerahkan kepada kita rasa hormat & menghargai ILMU DAN JASA  para Ulama, serta menjadikan kita golongan orang2 yg cinta ulama’ & mau belajar serta  mengamalkan apa yg telah dipelajari. Aamiin

PEPELING :

Bagaimanapun juga kita tidak bisa menghindar APALAGI mengingkari dari kenyataan dengan suatu dalih (alasan), 👉 dan kenyataan yg ada,  sejak awal mulai dikumpulkanya serta penyeragaman Al- qur'an, kesemua itu BID'AH, 👉 hal itu BUKAN lah suatu hal yg di namakan Maslahatul Mursalah.... itulah salah satu dari BID'AH HASANAH.

👉 Maka jikalau ada yg menolak bahwa bid'ah itu ada dua (hasanah & dlolalah), dan bersiteguh kalau semua bid'ah sesat, silahkan..... 👉 Tapi (komitmennya)  jangan pakai al-qur'an yg ada dalam bentuk saat ini,
👉 karena itu bid'ah (bila ada yg mengatakan Maslahatul Mursalah, MANA DALILNYA),

👉 BAHKAN lebih bid'ah lagi yaitu al-qur'an yg ditulis latin dan tarjamahpun lebih bid'ah lagi alias bid'ah kuwadrat. Di jaman Nabi Saw, sudah banyak bahasa, dan kenyataannya Beliau Baginda Nabi Saw, TIDAK pernah menyampaikan Wahyu Al qur'an dengan bahasa SELAIN ARAB.

Di zaman Nabi & para shabat Al- qur’an itu polos tonpa titik & tanpa harkat, 👉 makanya diawal mulanya BANYAK dari para sahabat yg membenci (BAHKAN DALAM HATINYA MARAH) dengan adanya pemberian titik itu.
👉👉👉 "Di sebutkan :

عن ابن عمر انه كان يكره نقط المصاحف قال عثمان وكان قتادة يكره ذلك .

"Di riwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa beliau membenci pemberian titik pada mushaf & Utsman r.a berkata “qotadah juga membenci hal tersebut.

قال عبد الله ابن مسعود جردوا القرءان

Abdulloh Bin Mas’ud berkata 👉 “poloskanlah Al qur’an itu” 👉 (ket : Al-muhkam fi nuqotil mushaf no : 11)

Ini menandakah bahwa pemberian harokat & titik tidak ada pada zaman nabi sehingga para sahabat & para tabiin banyak yg membenci pemberian harokat & titik itu. 👉 Lantas siapakah pertama yg me-ngada2kan (berbuat bid’ah) titik & harkat itu? 👉 "Abu ubaid ma’mar al mutsanna berkata 👉 “pertama kali orang yg meletakkan ilmu nahwu adalah Abul Aswad Ad-duali, maimun Al aqran, Anbasah Al fil, dan Abdulloh bin abi ishaq.

Abu amr berkata 👉 “merekalah yg memberi titik, & dari mereka di pelajari titik itu, & di hafal juga di tulis, di pelihara & di amalkan, bid'ah (sunnah) beliau2 di ikuti, & madzhab bliau2 di ikuti.....    👉👉 (ket : Al muhkam fi nuqotil mushaf no:6)

“Wallohu A’lam Bish Showab”

@ Ada diterangankan di kitab lainnya, 👉 "Tajwidu Ummil Qur’an" atau di "Muqoddimah Ibnu Kholdun"

@ Jangan mudah mengatakan bid'ah, karna kenyataannya ..... Para Shohabat ......

@ Masih mau menolakkah kalau bid'ah itu ada bid'ah Hasanah dan bid'ah Dlolalah ???

AL-QUR'AN pada jaman dahulu 👇👇👇

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah