Siapakah Para Penjahat Namun Bertopeng Ayat?



Oleh Suryono Zakka

Dahulu, penjahat itu orang yang tidak mengerti tentang agama sehingga berbuat kejahatan. Orang yang tidak paham tentang halal dan haram sehingga menerjang hukum-hukum Allah. 

Berbeda halnya dengan saat ini. Penjahat bukan hanya orang yang tidak mengerti tentang agama bahkan mereka mengaku sebagai orang yang ahli dalam beragama sehingga lidahnya lantang mengutip sepotong ayat dan sepenggal sabda. 

Penjahat zaman now bukan lagi ditempat-tempat yang selama ini dianggap maksiat seperti di cafe, bar, prostitusi dan tempat maksiat lainnya melainkan ditempat-tempat yang selama ini dianggap sakral seperti dimasjid, tempat pengajian, tempat daurahan atau mimbar khutbah. 

Jika penjahat zaman dahulu mudah untuk diidentifikasi seperti penampilannya yang seram dan sangar, bertato, tidak kenal ibadah, suka mabok miras dan narkoba namun mengidentifikasi penjahat masa kini agak sulit lantaran kejahatannya bukan lagi sekedar mencuri atau merampok tapi memanipulasi ayat suci dan sabda nabi untuk kepentingan politik. Memelintir ayat agar menang dalam kontes Pemilu dan Pilkada.

Penjahat zaman sekarang suka mengeksploitasi ayat untuk menyerang pemerintahan yang sah. Mengumbar ayat untuk mencela, mengkafirkan dan membunuh manusia lain yang tak sepaham. Ditangan para penjahat ini, ayat suci telah hilang kesuciannya. Ayat Tuhan telah hilang sakralitasnya karena beralih fungsi sebagai alat untuk mencaci maki. 

Kini para panjahat tidak hanya berpenampilan sangar dan wajah awut-awutan tapi ada yang menyamar menjadi ustadz, dai dan orator pengajian. Berpenampilan layaknya agamis dan menawan dengan mengutip banyak kalam Tuhan namun endingnya adalah merusak persatuan, perdamaian dan keharmonisan. 

Tuhan diajak kampanye dan ikut kontes Pilkada. Tuhan dianggap sebagai alat yang jitu untuk melakukan penipuan. Tuhan diundang untuk mengkafirkan dan mencela manusia tanpa rasa berdosa. Jika penjahat semacam ini telah merajalela maka Tuhan mau dikemanakan? 

Jika para penjahat semacam ini beraksi, maka harus waspada dan siaga. Siap-siap anda dikafirkan, dicela habis-habisan, dituduh menyembah kuburan, difitnah ikut ajaran nenek moyang dan dianggap musyrik tujuh turunan. Jika ada kesempatan, nyawa anda akan terancam dan melayang karena mereka merasa sebagai pembunuh musuh-musuh Tuhan. 

Bagaimana menghentikan provokasi ini? Ya tiada lain kecuali dihentikan dan diamankan tokoh-tokoh provokator biang keributan yang mereka klaim sebagai ustadz pengajian. Jika mereka terdesak, lagi-lagi anda akan dituduh anti Islam, kriminalisasi ulama dan anti pengajian. 

Itulah model-model penjahat generasi milenial yang tidak lagi mabuk arak dan judi melainkan mabuk ayat karena telah menjelma menjadi Tuhan. Siapapun yang tidak sepaham akan dicap sebagai anti Tuhan. Kejahatan yang lebih jahat dari penjahat sungguhan. Jika penjahat sungguhan masih ada kesempatan untuk bertaubat karena merasa jauh dari tuhan sedangkan penjahat yang kebanyakan micin sulit untuk disembuhkan karena merasa sebagai titisan Tuhan. 

Mari bersama-sama kita jaga negeri kita dari penjahat bertopeng ayat. Memang sukar untuk dibedakan antara ustadz sungguhan dan ustadz jadi-jadian yang sejatinya adalah berandalan. Namun dengan kejelian dan kesungguhan, kita akan dapat mendeteksi perbedaan keduanya. 

Jika ustadz sungguhan selalu menyejukkan, cinta damai, tidak suka permusuhan, semangat bertoleransi, tidak suka mencela dan mengkafirkan, tidak suka mendoakan yang jahat dan memfitnah namun berandalan yang bertopeng ayat akan mencari kesempatan untuk mencela, melaknat, mengkutuk keneraka hingga mengkapling surga hanya untuk satu golongan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Shalawat Tasmiyah