Benarkah Ilmu Laduni adalah Ilmu Setan?


Oleh Suryono Zakka

Sekte Wahabi anti dengan ilmu laduni. Mereka menolak tentang kebenaran ilmu laduni sehingga ilmu laduni adalah ilmu setan alias sesat karena tidak bersumber dari Allah. Benarkah?

Aswaja/Sunni meyakini tentang adanya ilmu laduni yakni ilmu yang diberikan oleh Allah secara langsung tanpa proses belajar sebagai sebuah khashaish (keistimewaan) dari hamba Allah yang terpilih seperti nabi, orang shalih, kaum sufi atau para wali.

Tentang adanya ilmu laduni dan ilmu kasbi (proses belajar), Al-Qur'an menyatakan:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۙ  لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.
[QS. An-Nahl: Ayat 78]

Ilmu yang didapat dengan proses belajar seperti mendengar dan melihat itulah yang disebut ilmu kasbi sedangkan ilmu yang diperoleh karena kedalaman batiniyah atau kesucian hati itulah yang disebut ilmu laduni (ilmu kasyfi).

Hamba Allah yang mendapatkan ilmu laduni diantaranya adalah Nabi Khidhir sebagaimana firman-Nya:

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ ءَاتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا

lalu mereka berdua (Musa dan pembantunya) bertemu dengan seorang hamba (Khidhir) di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.
[QS. Al-Kahf: Ayat 65]

Ada dua hal yang diberikan Allah pada Khidir. Pertama, rahmat. Rahmat dalam ayat ini adalah kenabian. Artinya, Khidhir itu seorang nabi. Kedua, ilmu laduni. Menurut Ibnu ‘Athiyyah, Nabi Khidhir itu mengetahui ilmu batin yang tidak dimiliki Nabi Musa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Qurthubi dalam al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an.

Habib Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, mengutip pendapat Thabathabai mengenai ilmu laduni. Ilmu laduni itu ilmu yang didapatkan tanpa sebab-sebab yang lumrah seperti yang diperoleh melalui indera atau pemikiran. Menurut Quraish Shihab, pada kisah ini, ilmu tersebut adalah “ilmu tentang takwil peristiwa-peristiwa”, yaitu pengetahuan tentang kesudahan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Jelaslah bahwa ilmu laduni, ilmu yang diberikan Allah untuk hamba-Nya yang pinilih bukanlah ilmu setan sebagaimana tuduhan Wahabi. Wahabi bukan hanya tidak meyakini adanya ilmu laduni yang dimiliki orang-orang shalih, tapi juga tidak meyakini semua ilmu yang bersifat metafisik seperti tasawuf, tawasul, karamah dan sebagainya. Wajar saja jika mereka anti tasawuf karena tidak belajar adab dan akhlak sehingga wataknya yang keras, garang, eksklusif, tekstual dan mudah menyalahkan umat Islam lainnya.

Tentang munculnya kelompok yang garang karena sempit pemahaman sebagaimana Wahabi yang hobi menuduh semua amaliyah Aswaja sesat, rasululullah menyebut mereka sebagai tanduk setan Nejd. Sabdanya:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Karomah Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Malang