Tujuh Qiro'at dalam Surat Al-Fatihah


Pada Surat Al-Fatihah, terdapat perbedaan qiro’at yang tujuh pada ayat keempat, keenam, dan ketujuh. Perinciannya adalah sebagai berikut;

Ayat yang keempat ( ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ):
Qira’at `Ashim dan Kisa’i akan membaca dengan menetapkan (itsbat) alif pada kalimat (ﻣَﺎﻟِﻚِ ). Sedangkan Imam Qiro’at yang lain (Nafi`, Ibnu Katsir, Abu `Amr, Ibnu `Amir, dan Hamzah) akan membaca dengan tanpa (hadzf) alif. Dalil Syatibiyyah dalam bab Ummul Qur’an:
ﻭَﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ‏( ﺭَ ‏) ﺍﻭِﻳﻪِ ‏( ﻧَـ ‏) ـﺎَﺻِﺮٌ

Ayat ketiga ( ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ) dan keempat ( ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ):
Rawi Susi membaca dengan idgham kabir pada kalimat ( ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ) yang disambungkan dengan (ﻣَﺎﻟِﻚِ ) sehingga dibaca dengan satu mim (ﻡ ) ter-idgham. Pada kasus ini ada huruf mad sebelum dua huruf serupa sehingga dibolehkan bagi Riwayat Susi untuk membaca dengan 2, 4, atau 6 harakat seperti mad `arid lissukun. Qiro’at lain akan membaca dengan izhhar. Dalil Syathibiyyah dalam perkara ini:
ﻭَﺩُﻭﻧَﻚَ ﺍﻻُِﺩْﻏَﺎﻡَ ﺍﻟْﻜَﺒِﻴﺮَ ﻭَﻗُﻄْﺒُﻪُ ﺃَﺑُﻮ ﻋَﻤْﺮٍ ﻭﺍﻟْﺒَﺼْﺮِﻱُّ ﻓِﻴﻪِ ﺗَﺤَﻔَّﻼَ

Ayat yang keenam ( ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢَ ):
Qunbul dari Ibnu Katsir membaca kalimat (ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ) dengan huruf sin ( ﺱ) menggantikan atau badal untuk ( ﺹ). Dalilnya:
ﻭَﻋَﻨْﺪَ ﺳِﺮَﺍﻁِ ﻭَﺍﻟﺴِّﺮَﺍﻁَ ﻝِ ﻗُﻨْﺒُﻼَ
ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﺃَﺗَﻰ
Qiro’at Hamzah membaca dengan isymam shad ( ﺹ) kepada suara zay (ﺯ ). Dalilnya:
ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﺩُ ﺯَﺍﻳﺎً ﺍﺷِﻤَّﻬَﺎ
ﻟَﺪَﻯ ﺧَﻠَﻒٍ ﻭَﺍﺷْﻤِﻢْ ﻟِﺨَﻼَّﺩِ ﺍﻻَﻭَّﻻَ
Imam lain membaca kalimat di atas dengan shad ( ﺹ) murni sesuai dengan rasm-nya.

Ayat yang ketujuh ( ﺻِﺮَﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﻧْﻌَﻤْﺖَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻤَﻐْﻀُﻮﺏِ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻻ ﺍﻟﻀَّﺎﻟِّﻴﻦَ ):
Pada kalimat ( ﺻِﺮَﺍﻁَ ), Qunbul juga membaca dengan huruf sin dengan dalil yang telah disebutkan sebelum ini. Rawi Khalaf dari Hamzah membaca dengan isymam shad ( ﺹ ) kepada suara zay ( ﺯ). Sedangkan untuk dua kalimat ( ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ), perincian cara membacanya di antara para Imam Qurra adalah sebagai berikut:
– Ibnu Katsir akan membaca silah mim jama` yaitu men-dhammah-kan dan menyisipkan waw maddiyyah setelahnya sehingga dibaca dua harakat ketika washal; sedangkan ketika wakaf akan dibaca sukun seperti lumrahnya.
– Riwayat Qalun juga membaca seperti Ibnu Katsir, dengan tambahan wajah lainnya yaitu sukun seperti biasa.
Dalil untuk kedua kasus ini ialah:
ﻭَﺻِﻞْ ﺿَﻢَّ ﻣِﻴﻢِ ﺍﻟْﺠَﻤْﻊِ ﻗَﺒْﻞَ ﻣُﺤَﺮَّﻙٍ ‏( ﺩِ ‏) ﺭَﺍﻛﺎً ﻭَﻗﺎَﻟُﻮﻥٌ ﺑِﺘَﺨْﻴِﻴﺮِﻩِ ﺟَﻼَ
– Qira’at Hamzah membaca dhammah pada ha ( ﻫـ) dalam dua kondisi: waqaf maupun washal. Dalil Syathibiyyah-nya:
ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺣَﻤْﺰَﺓٌ ﻭَﻟَﺪَﻳْﻬِﻤﻮُ ﺟَﻤِﻴﻌﺎً ﺑِﻀَﻢِّ ﺍﻟْﻬﺎﺀِ ﻭَﻗْﻔﺎً ﻭَﻣَﻮْﺻِﻼَ
– Baqil Qurra’ (Imam yang lain yang belum disebutkan) akan membaca dengan kasrah ha (ﻫـ) serta sukun mim jama` ( ﻡ ) sebagaimana biasa.

Cara mengumpulkan bacaan (men-jama`);

– Ayat pertama ( ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ) dan kedua ( ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ) dibaca dengan masing-masing berhenti pada ru’usul ayy (ujung ayat). Pada keduanya, bacaan Imam tujuh adalah serupa.

– Ayat ketiga ( ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ) dan keempat ( ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ) dibaca bersambung dan berhenti pada ujung ayat keempat. Saat membaca ayat keempat, kata (ﻣَﺎﻟِﻚ ) dibaca hadzf terlebih dahulu. Cara washal ini adalah untuk menunjukkan (metoda waqaf-ibtida’ intizhari) adanya kasus qiro’at pada peralihan antara ayat ketiga dan keempat (idgham kabir oleh Rawi Susi, akan dijelaskan). Dengan demikian, bacaan Nafi`, Ibnu Katsir, Duri `an Abu `Amr, Ibnu `Amir, dan Hamzah sudah terpenuhi.

– Ayat keempat ( ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ) dibaca lagi, namun kali ini pada kata (ﻣَﺎﻟِﻚِ ) dibaca dengan itsbat alif ( ﺍ). Dengan demikian, bacaan `Ashim dan Kisa’i terpenuhi.

– Ayat ketiga ( ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ) dan keempat ( ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ) dibaca bersambung. Pada pertemuan kata ( ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ) dan (ﻣَﺎﻟِﻚِ ) dilakukan idgham mim (ﻡ ) akhir ayat ketiga ke dalam mim ( ﻡ ) awal ayat keempat. Saat membaca ayat keempat, kata (ﻣَﺎﻟِﻚ ) dibaca hadzf alif (ﺍ ). Dengan demikian bacaan Susi `an Abu `Amr sudah terpenuhi. Ayat ketiga serta keempat sudah komplit tujuh qira’at.

– Ayat kelima ( ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ ) dibaca. Tidak ada khilaf bacaan pada ayat ini.

– Ayat keenam ( ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢَ ) dibaca dengan mula-mula mengucapkan shad (ﺹ ) yang murni pada kata (ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ). Dengan demikian, bacaan Nafi`, Al-Bazzi `an Ibnu Katsir, Abu `Amr, Ibnu `Amir, `Ashim, dan Kisa’i sudah terpenuhi.

– Ayat keenam ( ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢَ ) dibaca ulang dengan huruf sin (ﺱ ) pada kata (ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ). Ini bacaan Qunbul `an Ibnu Katsir.

– Ayat keenam ( ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢَ ) dibaca lagi, kali ini dengan isymam shad ( ﺹ) kepada suara zay ( ﺯ) pada kata ( ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ). Ini melingkup bacaan Hamzah sehingga selesailah semua bacaan tujuh qira’at di ayat keenam.

– Ayat ketujuh ( ﺻِﺮَﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﻧْﻌَﻤْﺖَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻤَﻐْﻀُﻮﺏِ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻻ ﺍﻟﻀَّﺎﻟِّﻴﻦَ ) dibaca lima kali dengan urutan rincinya:
1. Dibaca sesuai dengan rasm. Dengan ini terkumpul bacaan Nafi`, Abu `Amr, Ibnu `Amir, `Ashim, dan Kisa’i.
2. Dibaca dengan silah mim jama` pada dua kata (ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ). Dengan demikian, bacaan Qalun `an Nafi’ (wajah kedua), Al-Bazzi `an Ibnu Katsir terpenuhi.
3. Dibaca dengan dhammah ha ( ﻫـ) pada kedua kata ( ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ) sebagai bacaan Khallad `an Hamzah.
4. Dibaca dengan sin (ﺱ ) pada kata ( ﺻِﺮَﺍﻁَ ) serta silah mim jama` pada kedua (ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ) sebagai bacaan Qunbul `an Ibnu Katsir.
5. Dibaca dengan isymam shad ( ﺹ) kepada suara zay ( ﺯ) pada kata (ﺻِﺮَﺍﻁَ ) serta dhammah ha ( ﻫـ) pada kedua kata ( ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ) sebagai bacaan Khalaf `an Hamzah.
Cara membaca yang dirinci di atas juga disebut dengan istilah Jama` Kubra untuk Qiroa’t Sab`ah dari Thariq Asy-Syathibiyyah. Dengan metoda ini (kaidah jama` yang dirumuskan oleh Syaikh As-Safaqasi) selesailah tujuh macam bacaan pada Surat Al-Fatihah. Harap dicatat bahwa pembacaan qiro’at dengan jama` adalah guna majelis pembelajaran (bukan untuk digunakan shalat ataupun bacaan Al-Qur’an yang menjadi bagian dari suatu syarat ibadah spesifik). Kaidah jama` ini dilakukan setelah talaqqi riwayat per riwayat, qiro’at satu per satu untuk kemudian barulah dibolehkan menggabungkan semua qiro’at yang telah dipelajari dalam sekali membaca sebagai bentuk pelengkap penguasaan qiro’at.

Rujukan:
– Hirzul Amani wa Wajhut Tahani
– Ibraz Ma`ani min Hirzil Amani
– Al-Minahul Ilahiyyah fi Jam`i Al-Qiro’at As-Sab`i min Thariq Asy-Syathibiyyah
– Ghunyah Ath-Thalabah fi Taysiris Sab`ah
– Kaidah Qira’at Tujuh
– Manhaj Qiraat 10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Tasmiyah