Mengapa Kita Harus Bermadzhab?


Oleh: Al Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus

Soalan: Kenapa kebanyakan umat Islam dalam beribadah memakai mazhab Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi atau Hambali, bukankah yang benar adalah yang mengikuti Al Qur’an dan Sunnah (Hadits)? Kenapa tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah saja?

Jawab : Satu pertanyaan yang menarik, mengapa kita harus bermazhab? Mengapa kita tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah saja?

Kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah saja?" Seakan-akan menghakimi bahwa orang yang bermazhab itu tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah.

Penggunaan kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah saja?" tersebut telah menyebabkan sebahagian orang memandang remeh ijtihad dan keilmuan para ulama, terutama ulama terdahulu yang sangat dikenal kesalehan dan keluasan ilmunya.

Dengan menggunakan kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah saja?" Sekelompok orang sebenarnya sedang berusaha mengajak pendengar dan pembaca tulisannya untuk mengikuti cara berfikirnya, metodenya dalam memahami Al Qur’an dan Sunnah, serta menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar, kerana ia telah berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah, bukan fatwa atau pendapat para ulama. Hal semacam ini tentunya sangat berbahaya.
Sebenarnya sungguh aneh jika seseorang menyatakan agar kita tidak bermadzhab dan seharusnya kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah.

Mengapa aneh, coba perhatikan: Soalnya, apakah dengan mengikuti suatu mazhab bererti kita tidak mengikuti Al Qur’an dan Sunnah?

Soalnya, Mazhab mana yang tidak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah?

Justru para pemuka mazhab tersebut adalah orang-orang yang sangat faham tentang Al Qur’an dan Sunnah. Cuba dikaji, hasil ijtihad yang mana dalam suatu mazhab, yang tidak kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits?

Ternyata semua hasil ijtihad keempat mazhab yang popular di dalam Islam semuanya bersumber kepada Al Qur’an dan Hadits.

Ertinya dengan bermazhab bermakna kita sedang kembali kepada Al Qur’an dan Hadits dengan cara yang benar, iaitu mengikuti ulama yang dikenal keluasan ilmu dan kesalehannya.

Akhir-akhir ini memang muncul sekelompok orang yang sangat fanatik dengan golongannya dan secara bersungguh cuba  mengajak umat Islam meninggalkan mazhab.

Mereka seringkali berkata, "Kembalilah kepada Al quran dan Sunnah". Ajakan ini seimbas nampak benar, akan tetapi sangat berbahaya, karena secara tidak langsung mereka menggunakan kalimat (propaganda) di atas untuk menjauhkan umat dari meyakini pendapat para ulama terdahulu yang telah terbukti kealiman mereka.
Mereka memaksakan agar kita semua hanya mengikuti pendapat gurunya.

Kemudian perhatikan lebih cermat lagi, apakah mereka yang menyatakan kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah benar-benar langsung kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah? Tidak bukan, mereka ternyata menyampaikan pendapat guru-gurunya.

Ertinya, mereka sendiri sedang membuat mazhab baru sesuai pemikiran guru-gurunya.

Cuba bayangkan, andai saja setiap orang kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah secara langsung, tanpa bertanya kepada pakarnya, apa yang akan terjadi?

Yang terjadi adalah setiap orang akan menafsirkan Al Qur’an dan Sunnah menurut akalnya sendiri, jalan fikirnya sendiri, sehingga akan sangat berbahaya. Soalnya adakah kita perasan kita lebih alim dari mereka? Hebat sangatkah ilmu Bahasa Arab kita? Nahu saraf mantik bayan dan balaghah kita? Belum ditanya berbelas ilmu yang lan bagi melayakkan  digelar mujtahid. Fenomena perasan "Ana khairu minhu" sedang melanda kelompok ini.

Oleh karena itu, kita harus bermazhab, agar kita tidak salah memahami Al Qur’an dan Sunnah. Kita sedar, tingkat keilmuan para pakar yang ada di masa ini tidak dapat disamakan dengan para ulama terdahulu, begitu pula tingkat ibadah dan kesalehan mereka.
Semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Tasmiyah