Indonesia Darurat Pemberontak Bertopeng Tauhid


Tidak ada satupun umat muslim yang anti dengan kalimat tauhid. Hanya saja, ketika salah dalam mengekspresikannya terlebih kalimat tauhid itu adalah simbol-simbol kelompok pemberontak maka perlu pemaknaan ulang terhadap kalimat tauhid. Apakah cukup hanya dijadikan sebagai simbol-simbol luar dalam bentuk bendera, kaos, topi hingga spanduk sebagaimana kelompok radikal ataukah ada ekspresi lain sehingga tidak diragukan ketauhidannya dan benar dalam menempatkan kalimat tauhid sebagaimana mestinya.

NU, Muhammadiyah dan ormas moderat lainnya tidak diragukan misi dakwah ketauhidannya. NU dan Muhammadiyah  telah sukses menancapkan kalimat tauhid pada masyarakat Nusantara jauh sebelum NKRI berdiri. Dakwahnya membumi sehingga diterima masyarakat tanpa menyablon bendera tauhid atau dan tanpa stempel panji hitam.

NU dengan amaliyah tahlilnya sebagai bukti bahwa NU sangat bertauhid jadi tidak benar jika NU anti tauhid. Bagi NU, tauhid itu ada didalam hati yakni diikrarkan dengan lisan, diyakini sepenuh hati dan diekspresikan dengan cinta kasih dan menebar rahmat pada sekalian alam. Akhlak dan ilmu tidak dapat dilepaskan dari identitas orang yang bertauhid. Demikian ihtiyat (penghormatan) kalimat tauhid bagi NU. Tak perlu disablon yang akhirnya hanya akan mencampakkan kesucian dan keagungan kalimat tauhid tersebut. Bagi NU, umat Islam bukanlah budak bendera dan bukan pula budak spanduk.

Tauhid sejatinya adalah tanda keimanan bukan simbol negara sehingga kalimat tauhid tidak selayaknya dijadikan bendera. Kelompok yang menjadikan kalimat tauhid sebagai bendera dan mereka klaim sebagai liwa' dan rayah atau panji rasulullah tiada lain adalah kelompok pemberontak. Kelompok pemberontak yang membajak simbol tauhid inilah yang disebut pemberontak bertopeng tauhid. Mulai dari khilafah lokal seperti DI/TII dan Khilafatul Muslimin hingga khilafah internasional seperti Hizbut Tahrir, ISIS, Jabhat Nusra, Al-Qaeda dan kelompok-kelompok jihadis khilafah lainnya. Semuanya memiliki ciri khas dan misi yang sama yakni bertopeng tauhid, penegakan khilafah dan berideologi Khawarij-Takfiri.

Menurut kelompok bertopeng tauhid ini, Pancasila adalah simbol berhala dan demokrasi adalah produk kafir yang wajib dilenyapkan. Tidak ada tempat bagi paham nasionalisme dan kebangsaan. Umat Islam wajib tunduk dalam naungan khilafah. Tiada hukum kecuali hukum Allah dan siapa yang mengganti hukum Allah dengan demokrasi, Pancasila dan nasionalisme maka dianggap kafir yang wajib diperangi.

Karena tauhid sebagai topengnya, banyak masyarakat terprovokasi dan tidak dapat membedakan antara tauhid sejati dan tauhid sebagai alat penipu. Tidak ada yang salah dengan kalimat tauhid, hanya saja banyak kelompok-kelompok yang salah dalam menempatkan kalimat tauhid.

Ekspresi pembajak tauhid seperti kalimat tauhid dijadikan alat membunuh, kalimat tauhid sebagai alat  propaganda untuk memberontak negara hingga kalimat tauhid yang saat ini kerap dijadikan komoditas politik untuk melawan pemerintah atau mendukung Paslon Capres tertentu.

Jelas bahwa munculnya kelompok pemberontak bertopeng tauhid ini bukan murni ajaran Islam melainkan konspirasi global Barat untuk merusak Islam atau tafsir yang sesat dan salah jalan. Sebagai contoh, Hizbut Tahrir ditetapkan sebagai ormas terlarang diberbagai negara muslim tapi tumbuh subur dinegara Barat.

Selayaknya kita sebagai umat Islam tidak tertipu dengan kelompok-kelompok bertopeng tauhid. Jangan tertipu dengan bendera-bendera tauhidnya yang besar namun lihatlah esensinya, apakah mengusung Islam yang penuh rahmat atau merusak Islam yang penuh laknat.

Dimasa darurat atas pembajakan kalimat tauhid dinegeri ini, sudah selayaknya NU dan Muhammadiyah bergandengan tangan dan menyatukan komitmen bersama untuk teguh menjaga persatuan umat dan persatuan bangsa dari kelompok perusak bertopeng tauhid. Alhamdulillah, NU dan Muhammadiyah telah sigap dan waspada atas upaya-upaya kelompok pemberontak mensuriahkan Indonesia. Tidak salah jika kemudian NU dan Muhammadiyah segera "turun gunung" untuk menyelamatkan negeri ini dari kelompok makar bertopeng tauhid.

Mari kita jaga bersama kedamaian negeri ini dari kelompok pemberontak bertopeng tauhid. Satukan persatuan bangsa dan tingkatkan kecintaan terhadap ideologi Pancasila karena saat ini ideologi Pancasila dalam bahaya sehingga tidak lenyap yang mengakibatkan negeri kita porak-poranda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Karomah Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Malang