Pendakwah Rasa Preman


Kita sama-sama paham bahwa pendakwah dan preman memiliki arti yang berbeda. Pendakwah berarti orang yang mengajak atau menyeru kepada kebaikan sedangkan preman berarti orang yang suka berbuat onar dan biang keributan. Jika pendakwah identik dengan kelemahlembutan dan menyejukkan sedangkan preman identik dengan watak yang keras dan kaku serta bicaranya yang provokatif-intimidatif.

Saat ini kita agak sulit membedakan istilah pendakwah dan preman secara lahiriyah sebab yang lahiriyah tampak seperti pendakwah tapi watak aslinya adalah preman bahkan preman super klimaks dan ugal-ugalan. Sebaliknya, ada banyak orang-orang disekitar kita yang nampak seperti preman secara fisik namun batiniyahnya penuh kelemahlembutan dan menebar perdamaian.

Jika kita tak memahami substansi tentu kita akan tertipu dengan yang demikian. Ada banyak masyarakat kita yang percaya begitu saja dengan penampakan layaknya pendakwah dan ahli agama namun hakikatnya adalah provokator. Terlebih jika provokator tersebut  memakai bumbu dan bungkus dengan dalil-dalil agama. Siapapun akan mudah percaya, terhipnotis dan menjadi pengikut setia.

Penampilan memang seringkali menipu. Cukup dengan modal sepotong ayat, sepenggal sabda, sorban yang besar atau jenggot yang panjang maka dengan mudah akan disebut sebagai ustadz atau dipercaya sebagai ahli agama. Walaupun seringkali apa yang dikutipnya jauh dari kebenaran dan ngawur karena hanya auto copas atau modal terjemahan.

Beragama memang dibutuhkan daya nalar yang cukup dan akal yang sehat. Beragama tak cukup hanya sebatas penampilan fisiknya. Jika beragama hanya sebatas fisik maka betapa banyak diantara kita yang tertipu dengan preman berjubah atau preman yang menyamar sebagai muballigh pengajian.

Preman berwajah agamis ini semakin menggejala disekitar kita. Karena hakikatnya preman, walau berwajah agamis dan mengutip sekian banyak ayat suci tetap saja akan nampak jiwa kepremanannya. Mirisnya, ada saja pengikutnya.

Kita sudah dapat menerka, isi ceramah yang disampaikan oleh pendakwah rasa preman ini. Mulai dari anti NKRI, anti pemerintah, anti keberagaman madzhab, anti toleransi, anti kebhinekaan dan puncaknya adalah doktrin takfiri yakni kafir dan sesat siapapun diluar golongannya. Luar biasa.

Yang tak sejalan dengan pilihan politiknya dianggap murtad dan kafir. Yang tak sejalan dengan manhajnya dicap ahlul bid'ah. Yang tak sejalan dengan pola pikirnya dicap penyembah berhala dan penyembah thaguth.

Untuk mencari simpati masyarakat, tak jarang pendakwah rasa preman ini melemparkan isu-isu negatif sebagai kelompok yang terdzalimi. Pemerintah dicap sebagai anti Islam dan anti ulama. Stigma pemerintah sebagai rezim pro asing, aseng dan oseng-oseng hingga pemerintah adalah penjelmaan rezim Firaun. Ulama-ulamanya yang moderat yang tidak melawan pemerintah dicap sebagai ulama su' atau ulama haus kekuasaan. Halal darahnya untuk memberontak pemerintahan Dajjal. Begitulah doktrin ideologisnya.

Bagi yang memahami substansi dari ajaran Islam, kita tidak akan tertipu dengan preman-preman agamis ini. Penjahat tetap penjahat, provokator-tetap provokator walau ber-make-up ahli agama. Substansi Islam adalah menebar rahmat dan perdamaian sedangkan substansi provokator atau preman adalah menebar laknat.

Pendakwah sejati menebar damai kepada seluruh makhluk sedangkan pendakwah palsu menebar kebencian. Pendakwah sejati tak mengagungkan simbol-simbol pakaian sedangkan pendakwah imitasi mengagungkan simbol dan jargon-jargon sembari menebar sumpah serapah dimimbar-mimbar, panggung-panggung dan majelis pengajian.

Mari kita jaga negeri ini dengan tetap cerdas memilih ulama dan guru panutan. Jangan salah memilih pendakwah agar pendakwah palsu rasa preman tidak semakin gentayangan yang hanya ahli menebar sampah hoax dan merusak lingkungan. Waspadalah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Karomah Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Malang