Habib Umar bin Hafidz dan Dakwah Cinta


Suryono Zakka

Peran habaib dalam proses dakwah Islam di Nusantara sangat besar. Pesatnya dakwah dikalangan habaib membuktikan bahwa posisi habaib memiliki tempat dihati umat Islam Nusantara yang berpaham Aslussunnah Wal Jamaah (Aswaja). 

Salah satu habaib yang dakwahnya saat ini mendapat respon positif dari masyarakat Nusantara yakni habib Umar bin Hafidz. Gaya dakwah beliau yang menyejukkan, damai, toleran dan meneteramkan dapat kita rasakan betapa dakwahnya sangat menyentuh dan membumi. 

Salah satu dari ciri khas dakwah habib Umar bin Hafidz adalah menggelorakan dakwah inklusif yakni dialog antar umat beragama. Beliau adalah pembuka jalan dakwah yang sarat dengan kebhinekaan, selaras dengan kultur masyarakat Nusantara yang kental dengan heterogenitas. 

Selain habib Umar bin Hafidz, ada banyak habaib lain yang dakwahnya juga menyejukkan dan menggelorakan semangat perdamaian seperti habib Novel bin Jindan, habib Ali Al-Jufri, habib Ali Zainal Abidin, Sulthanul Qulub habib Mundzir Al-Musawa. Gelora dan semangat Nasionalisme juga disuarakan oleh habib Nusantara seperti habib Luthfi bin Yahya, habib Syekh Abdul Qadir Assegaf, habib Novel Alaydrus dan sebagainya. 

Dakwah inklusif ala habib Umar bin Hafidz sangat penting untuk terus digelorakan mengingat saat ini geliat dakwah di Nusantara semakin gersang. Bukan karena stok pendakwah yang minim namun karena dakwah yang inklusif seperti dialog antar iman masih minim tersentuh sehingga dakwah masih kental bersifat ekslusif. Diperparah lagi dengan munculnya wajah-wajah baru yang mengaku sebagai pendakwah namun isinya provokatif dan penuh kekerasan. 

Kehadiran habib Umar bin Hafidz dan tokoh-tokoh moderat di Nusantara ibarat oase dipadang tandus yang airnya jernih, tak pernah kering yang sangat kita butuhkan untuk sumber kehidupan. Kehadiran mereka mengingatkan kita betapa indahnya Islam, betapa mulianya akhlak nabi junjungan. Mereka adalah jalan pembuka bagi kebuntuan dakwah sehingga dakwah semakin membumi tak melulu hanya berbicara halal dan haram atau hitam dan putih. 

Moderatisme dakwah ala habib Umar senafas dengan dakwah NU yang lebih mengutamakan akhlak dan ilmu. Mengutamakan isi dan substansi ketimbang jargon-jargon agama. Dakwah yang mengajak bukan merusak, dakwah yang menginspirasi bukan membenci apalagi memprovokasi dan dakwah yang membumi bukan melangit atau diawang-awang yang penuh khayalan. 

Mengutip kalam habib Umar bin Hafidz bahwa umat Islam yang melakukan anarkisme pertanda bahwa belum memahami sepenuhnya tentang ajaran Islam dan kalaupun mengaku sebagai ahli tentang Islam maka mereka belum benar dalam menjalankan Islam. Kalam habib Umar bin Hafidz ini mengajarkan kita tentang kesantunan berdakwah yang dalam istilah agama sebagai amar ma'ruf nahi munkar bil ma'ruf yakni mengajak kepada kebaikan dan menolak kejahatan dengan cara yang ma'ruf, tanpa anarkisme. 

Dakwah damai, baik sesama muslim dan antar agama ala habib Umar bin Hafidz sangat perlu kita jadikan rujukan seiring banyaknya model-model dakwah yang tidak jelas. Akibatnya, kita sulit membedakan mana dakwah mana provokatif, mana ceramah dan mana ujaran kebencian hingga mengajak memberontak negara. 

Hari ini kita disuguhi bejibun konten dakwah palsu. Provokasi dan penghinaan dengan bungkus dan modus dakwah. Sayangnya, banyak diantara masyarakat yang tertipu model dakwah palsu ini sehingga ikut tersulut memprovokasi dan menghina tokoh atau ulama dengan dalih dakwah. 

Tiada lain, dakwah santun ala NU dan habaib moderat harus terus disebarkan ditengah masyarakat kita. Mensterilisasi dan melindungi masyarakat dari kelompok provokator yang menyamar sebagai pendakwah atau penebar hoax bertopeng agama. Jayalah NU, jayalah NKRI. 













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Karomah Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Malang