Menjaga Indonesia Bersama Banser
Misi NU disamping menjaga tradisi Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) juga memiliki fungsi sebagai Penjaga NKRI. Kesetiaannya dalam menjaga NKRI inilah kemudian NU kerap menjadi sasaran tembak dan sasaran mesiu bagi kelompok-kelompok radikal dan ekstrim anti NKRI.
Jika dahulu NU menjadi sasaran tembak PKI dan DI/TII maka kini sasaran tembak bagi NU adalah kelompok pengusung khilafah yang menamakan diri mereka sebagai HTI. Meskipun secara resmi telah dibubarkan namun tokoh-tokoh kelompok ini belum padam dan masih bersemangat tinggi (bukan semangat 45) dalam menjual dan mengasong produk khilafahnya. Faktanya, ormas ini mendapat penolakan dari berbagai negara. Organisasi makar yang menolak konsep negara bangsa (Nasionalisme) dan Demokrasi.
Banser (Barisan Ansor Serbaguna) sebagai bagian dari NU yang ditugasi menjaga kedaulatan agama dan negara merupakan benteng terluar bagi NKRI. Karena perannya sebagai kekuatan fisik bagi NU dan NKRI, tidak heran jika kerap baku hantam dengan kelompok-kelompok radikal anti NKRI. Sudah menjadi tanggunjawab dan resiko menjadi garda terdepan dalam menangkis serangan-serangan nyata dan laten untuk menghancurkan NKRI.
Bagi Banser, NKRI adalah Harga Mati. Menjaga NKRI lahir dan batin sebagai pengabdian kepada negara dan agama. NKRI adalah amanat dari ulama pendiri bangsa. Jihad Nasionalisme yaitu menyatukan dan mengharmonikan seluruh elemen-elemen bangsa tanpa pandang agama, suku dan ras.
Tanggungjawab Banser bukan hanya menjaga gereja tapi menjaga seluruh NKRI yang juga berarti menjaga masjid dan seluruh tempat ibadah agama-agama yang sah yang diakui oleh negara agar tidak dirusak oleh kelompok radikal pembuat gaduh NKRI. Bagi Banser, mereka yang berbeda (non muslim) bukan musuh melainkan saudara dalam berbangsa dan berkemanusiaan yang punya hak untuk hidup dinegara plural NKRI.
Musuh Banser adalah mereka yang merongrong NKRI yaitu yang mengeksploitasi ayat suci sebagai tujuan politik untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Banser tidak akan pernah kompromi terhadap kelompok radikal atau intoleran. Tidak ada kata toleran kepada kelompok intoleran dan tidak ada kata demokratis kepada kelompok yang mengharamkan demokrasi. Toleran kepada kelompok intoleran sama halnya dengan menyerahkan NKRI secara cuma-cuma kepada perampok.
Memahami situasi dan posisi Banser yang sulit ini, sangat wajar jika ada banyak pihak yang gagal paham terutama mereka yang gamang dan tidak paham tentang politik Islam. Islam memang satu tapi politik Islam dalam arti pemikiran keagamaan sangat varian dan yang paling nyata adalah pertarungan antara Islam moderat versus Islam radikal.
Jika kita memahami perkembangan politik Islam Timur Tengah (Arab Spring), sangat terasa bagaimana kemenangan kelompok Islam radikal melumpuhkan kelompok Islam moderat sehingga Islam tampak menjadi sesuatu yang buas, tukang jagal, beringas dan bar-bar. Kemenangan kelompok radikal inilah yang kemudian tumbuh subur dan diekspor ke NKRI untuk merusak tatanan kehidupan muslim Nusantara.
Puncaknya, benih-benih dan bibit-bibit radikalisme yang disemai di era reformasi dan kini sudah berbuah dengan menjamurnya ormas-ormas radikal menggerogoti NKRI dengan ganas dan militan. Disaat Timur Tengah krisis Islam moderat dan ingin mempelajari model Islam ramah ala Nusantara untuk meredam konflik namun pada saat yang sama penggiat khilafah dalam negeri unjuk gigi mempromosikan dan menjajakan produk khilafahnya.
Tidak ada kata ukhuwah kepada kelompok radikal. Tidak pada tempatnya mengatakan umat Islam sedang diadu domba karena wajib hukumnya bagi umat Islam moderat untuk menumpas kelompok radikal. Tidak pada tempatnya mengajak umat Islam untuk bersatu jika masih ada kelompok perusak yang masih hidup nyaman di NKRI. Karena bagi Banser, wajib untuk memadamkan percikan api agar apai tidak bertambah besar yang akhirnya membakar seisi rumah.
Baca: Imam Jazuly dan Shalawat Ulul 'Azmi
Rumah besar itu bernama NKRI dan api yang siap membakar dan melahap itu adalah mereka yang mengatakan Nasionalisme dan NKRI itu hukum kafir bin thaguth bin Fir'aun. Meskipun sudah bubar, kelompok ini masih jualan khilafah dengan kedok pengajian nyunnah. Anehnya, berteriak NKRI negara kafir tapi masih numpang hidup di NKRI.
Puncaknya, benih-benih dan bibit-bibit radikalisme yang disemai di era reformasi dan kini sudah berbuah dengan menjamurnya ormas-ormas radikal menggerogoti NKRI dengan ganas dan militan. Disaat Timur Tengah krisis Islam moderat dan ingin mempelajari model Islam ramah ala Nusantara untuk meredam konflik namun pada saat yang sama penggiat khilafah dalam negeri unjuk gigi mempromosikan dan menjajakan produk khilafahnya.
Tidak ada kata ukhuwah kepada kelompok radikal. Tidak pada tempatnya mengatakan umat Islam sedang diadu domba karena wajib hukumnya bagi umat Islam moderat untuk menumpas kelompok radikal. Tidak pada tempatnya mengajak umat Islam untuk bersatu jika masih ada kelompok perusak yang masih hidup nyaman di NKRI. Karena bagi Banser, wajib untuk memadamkan percikan api agar apai tidak bertambah besar yang akhirnya membakar seisi rumah.
Baca: Imam Jazuly dan Shalawat Ulul 'Azmi
Rumah besar itu bernama NKRI dan api yang siap membakar dan melahap itu adalah mereka yang mengatakan Nasionalisme dan NKRI itu hukum kafir bin thaguth bin Fir'aun. Meskipun sudah bubar, kelompok ini masih jualan khilafah dengan kedok pengajian nyunnah. Anehnya, berteriak NKRI negara kafir tapi masih numpang hidup di NKRI.
Komentar
Posting Komentar