Islam Nusantara Membawa Berkah


Islam Nusantara, semakin dikupas semakin berkah. Mungkin ini beberapa poin yang bisa jadi renungan bersama:

1. Saya senang atas kembali munculnya perdebatan/ dialektika seputar "Islam Nusantara" ke permukaan. Sebab, disamping itu hal yang wajar & niscaya, juga bisa mengantarkan "Islam Nusantara" itu sendiri menjadi diskursus yang hidup & aktif.

Dengan adanya dialektika (yang menurut banyak pemikir sebagai sumber hidupnya suatu pemikiran/diskursus) tersebut, "Islam Nusantara" menemukan lawan dialognya. Sejatinya, ini adalah peluang bagus untuk semakin menghidup-kembangkan "Islam Nusantara". Jika tak ada pro & kontra/ dialektika saya kira cita-cita "Islam Nusantara" ini justru akan menjadi jamuran & kemudian mati.

Jadi, terimakasih banyak untuk yang telah kontra atau bahkan mencaci-maki "Islam Nusantara". Berkat kalian, "Islam Nusantara" yang sedang tidur lemas & loyo tiba2 bergas kembali.

2. Tapi, saya sangat tidak suka jika ketidaksetujuan itu diungkapkan dengan menyesat-nyesatkan, "mengkliru-klirukan", mencaci-maki, mengolok-olok & hal buruk lainnya. Sebab disamping mencaci maki & sejenisnya itu ajaran setan, juga tak akan pernah menyelesaikan masalah & tak menguntungkan sama sekali untuk semua pihak.

Dalam konteks Indonesia yang semakin cerdas ini, perilaku mencaci maki & sejenisnya itu justru akan menyebabkan semakin ditinggalkan oleh umat & semakin simpatiknya umat terhadap yang dicaci-maki itu.

3. Pedoman/ dasar "Islam Nusantara" dengan Islam di belahan dunia lain (termasuk Arab) itu sama: Al-Qur'an & Sunnah yang digali dengan ushul fikih, Maqashid Syari'ah, Kaidah Fiqhiyah & piranti lain yang diperlukan. Nah, yang berbeda itu hasil ijtihadnya, karena perbedaan ruang dan waktu/ konteksnya. Tapi sekali lagi, ushul/ dasarnya tetap sama: Qur'an & Sunnah.

4. Imam Syafi'i itu punya "qaul qadim" (pendapat2 fiqhiyah Beliau ketika masih di Irak) dan qaul jadid (Pendapat2 Beliau ketika sudah di Mesir). Kedua pendapat Beliau tersebut saling berbeda, disebabkan yang pertama muncul dalam  konteks masyarakat Islam Irak dan yang kedua Mesir. Tapi keduanya sama2 berpedoman kepada Qur'an dan Sunnah.

Begitu pun konteks Arab & Nusantara tidak bisa disamakan. Yang penting dasarnya sama: Qur'an & Sunnah.

5. Antata Islam, Arab serta budayanya, Indonesia serta budayanya, itu 3 hal yang berbeda. Islam ya Islam, berpegang pada Qur'an dan Sunnah. Arab ya Arab, Indonesia ya Indonesia. Dimana Islam datang untuk mengontrol budaya di dunia (termasuk Arab & Indonesia) agar tetap berjalan diatas rel.

(Aswaja NU Center Media)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Tasmiyah