Mengapa NU Anti HTI?


Oleh M Imdadur Rahmat

DutaIslam.Com - Ide khilafah dan dalil-dalil yang dipakai pada umumnya sama. Sejak para ulama abad pertengahan hingga sekarang, HTI dan ISIS sama. Yang beda hanya nama organisasinya. ISIS khalifahnya adalah Abdurrahman Al Baghdadi, dan ada penggantinya, seterusnya. 

Mereka membuat negara, mempunyai pasukan militer, struktur pemerintahan dan kelengkapan lainnya. HT juga punya khalifah, struktur negara, regional, wilayah sendiri, walau secara rahasia.  Pusatnya konon di London. Struktur baku HT: khalifah, mu'awin tafwidz (wakil khalifah bidang pemerintahan), muawin tanfidz (sekneg), amir al jihad (panglima perang), wulat (gubernur-gubernur), qodli (kehakiman), jihaz idary (struktur birokrasi), majlis ummah (perwakilan rakyat).

Kekuasaan pusatnya di khalifah, yang juga legistatif dan yudikatif. Tidak ada pembagian kekuasaan. Bedanya lagi, mereka tidak buru-buru pakai kekerasan sebelum militer di negara-negara yang diinfiltrasi dikuasai HT.

Cara mainnya menyusup, mempengaruhi, dan lalu menguasai militer, polisi, birokrasi, sambil mengumpulin dukungan rakyat. Istilah mereka tasqif (ideologisasi), tafaul maal ummah (pengorganisasian dan mobilisasi masayaarakat) dan ujungnya adalah istislam al hukmi (merebut kekuasaan). Golnya: kudeta dari dalam.

Basis aktor HT adalah aktivis dakwah-politisi. Jika ISIS memiliki basis milisi bersenjata mantan kaum jihadis, jadi bisa langsung perlawanan militer.

Pemahaman agama HT dalam kitab-kitab tokohnya itu tidak beda banyak dengan ulama-ulama Aswaja. Rujukan kitab kuningnya ada. Itulah sebabnya KH. Mustofa Bin Nuh tertarik HT dan mengajarkannya pada Ismail Yusanto, Gatot alias Muhamad Khottot dan tokoh HTI lainnya.

Namun setelah jauh ke dalam, KH. Mustofa menyadari bahwa HT tidak cocok dengan Aswaja NU,  maka beliau mufaroqoh dan menjadi ahlu toriqoh dan Mustasyaar NU kota Bogor. Sayangnya. aktivis HTI di Indonesia banyak yang rasa Wahabi.

Karena mereka aktivis tok, bukan faqih fid din, tidak mendalami ilmu Islam seperti gurunya, Kiai Toto. Baru sekarang,  mereka mengutip-ngutip kitab kuning untuk mencari pembenaran. Maaf, saya meneliti HTI sejak 2002, buku saya terbit 2005.

Aswaja NU itu bukan hanya aqidah dan fiqih, tetapi juga sikap kemasayarakatan dan kenegaraan.  Itulah mengapa DI-TII yang juga ahlussunnah dilawan oleh NU karena tindakan kekerasan terhadap pesantren dan orang Islam yang tidak mendukung mereka.

DI-TII mengafirkan kelompok Islam lain. Juga karena memberontak pada pemerintahan yang sah dan mashlahah: RI dan Sukarno. Maka ketika HTI menuduh-nuduh NU toghut apalagi ketahuan akan merongrong NKRI dengan infiltrasi, ya NU bergerak.

Hidup di Indonesia harus menghormati mu'ahadah (perjanjian) yaitu konstitusi dan hukum negara. Maka tidak semua A sampai Z Islam ala mereka boleh dilakukan. Wong ada A sampai Z Islam yang sesuai dengan konstitusi dan UU, yaitu Aswaja NU.  Monggo dipikir! [dutaislam.com/ab]

http://www.dutaislam.com/2017/11/sejak-hti-menuduh-nu-toghut-nahdliyyin-bergerak-karena-tahu-akan-mengkudeta.html?m=1#.WwftNQu5u9A.facebook

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Kitab Alala dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Shalawat Badawiyah Kubro (An-Nurooniyah) dan Fadhilahnya

Karomah Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Malang